Hujan yang mengguyur Kota Medan sebulan terakhir membuat jalanan di Kota Medan sering tergenang. Di tengah kondisi cuaca tak menentu itu, hampir di setiap ruas jalan ditemui pengerjaan sejumlah proyek galian.
Namun sayangnya, pengerjaan terkesan amburadul. Tanah hasil galian tersebut dibiarkan bertumpuk di badan jalan. Selain menyebabkan kemacetan, jalan beraspal akan menjadi licin jika diguyur hujan. Jalanan yang licin akibat tanah tersebut tentu saja membahayakan pengguna jalan.
Pantauan MedanBagus.Com, salah satu proyek galian yang dalam pengerjaan berada di kawasan Jalan Brigjend Katamso menuju Jalan Pemuda (foto-red).
"Pengerjaan proyek itu sudah ada dua minggu lebih. Digalilah sama pekerja, tapi tanahnya ditumpuk di badan jalan. Pas giliran hujan turun, melebarlah tanah tadi ke jalan buat licin jalan," keluh Andri, seorang pengguna jalan yang juga warga Brigjend Katamso.
Andri bilang, akibat jalan yang licin tersebut, beberapa pengendara motor sering tergelincir dan nyaris terjadi tabrakan beruntun.
" Saya pernah lihat ada dua kali kejadian itu. Seorang ibu yang menggonceng anaknya pulang sekolah, tergelincir akibat jalan licin. nyaris ditabrak angkot dari belakang. Ada juga yang nyaris masuk ke dalam lubang galian," bebernya.
Selain Andri, pengguna jalan lainnya juga mengeluhkan kemacetan akibat pengerjaan yang terkesan amburadul.
IB Pane, warga Krakatau mengaku dampak dari amburadulnya pengerjaan proyek tersebut adalah pemborosan waktu dan BBM. "Karena biasanya sebelum ada galian saluran limbah, jika saya mengenderai mobil dari Jalan Krakatau Ujung Pintu Tol menuju Jalan Gaharu memakan waktu lebih kurang 25 menit namun dengan adanya galian sekitar Jalan Krakatau, Jalan Sutomo Ujung, Jalan Gaharu, waktu tempuh menjadi 65 menit," ujarnya.
Di sisi lain, menurutnya, keindahan Kota Medan juga terganggu. "Ketika Kota Medan direncanakan menjadi kota metropolitan yang indah, tertata apik, lalu-lintas teratur namun dengan adanya proyek galian berubah menjadi kumuh, berantakan dan kotor karena banyak kubangan lumpur akibat galian tidak ditutup dan di aspal kembali seperti semula," pungkasnya.
Aktivis hukum perempuan, Nurjannah Siregar mengaku, jika proyek pembangunan drainase memang sangat penting bagi masyarakat dan warga patut berterimakasih kepada Pemko Medan.
"Persoalannya pembangunan tidak profesional, tanpa ada pengkajian untuk membuat standar kerja dan standar kulitas. Sehingga tidak mengganggu pengguna jalan," ujar Nurjannah.
Lanjutnya, meskinya pengerjaan proyek tersebut memperhatikan sisi keamanan dan kenyamanan pengguna jalan sehingga tidak meimbulkan kerugian bahkan mengancam keselamatan warga kota.
"Harusnya pagi sudah bersih dan bagus. Untuk itu pekerjaan cukup satu hari. Belum lagi kualitas pembangunan beton parit yang terkesan asal bangun dan tidak berkualitas. Bentuk jembatan yang dibangun bermacam-macam dan lebarnya ke badan jalan tidak beraturan," tukasnya. [ded]
KOMENTAR ANDA