Sebulan lebih sudah kasus perampokan toko emas yang terjadi di Kota Medan namun hingga kini Polresta Medan masih bungkam soal perkembangan penyelidikan kasus perampokan toko emas yang terjadi di wilayah hukumnya.
Kasus-kasus perampokan tersebut antara lain terjadi pada Jumat (13/9/2013) di Toko emas Suranta, Jalan Perjuangan, Kelurahan Pulo Brayan, Kecamatan Medan Barat dan perampokan kedua di Pasar VII Tembung pada (17/9/2013).
Kapolresta Medan Komisaris Besar Nico Afinta (foto-red) dan Kasat Reskrim Kompol Jean Calvijn Simanjuntak beberapa waktu menyatakan sudah mengeluarkan tiga sketsa wajah perampok Toko Emas Suranta.
Dimana, sketsa wajah ketiga terduga perampok itu memakai helm, berdagu lancip, dan bermata sipit. Wajah ketiganya hampir memiliki kesamaan. Namun polisi belum memerinci ciri-ciri pelaku seperti dalam sketsa itu.
Selain membuat sketsa wajah, Polresta Medan juga telah berkoordinasi dengan Polda Aceh, Riau, Kepulauan Riau, dan Polda Bengkulu karena kemungkinan kawanan perampok emas melarikan diri ke daerah-daerah tersebut.
Tak hanya itu saja, Kasat Reskrim yang setiap dikonfirmasi awak media juga menyatakan pihaknya masih terus melakukan pengejaran terhadap pelaku perampokan tersebut.
Berbagai pertanyaan muncul, mulai dari siapa pelaku perampokan itu, apakah terkait dengan narapidana kasus terorisme yang melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta, hingga kesulitan yang dialami polisi dalam memburu pelaku. Apakah pihak Kepolisian tak mampu atau mandul untuk mengungkap kasus ini.
Tak hanya itu saja, pemilik toko emas di Kota Medan hingga saat ini masih dihantui rasa kecemasan terhadap pelaku yang memungkinkan akan kembali melancarkan aksinya di tempat mereka.
"Kalau pelakunya belum tertangkap kita masih cemas. Takutnya mereka (perampok- red) kembali melancarkan aksinya. Kalau begitu apa yang bisa kita buat lagi, pasrah ajalah kita. Polisi pun tidak dapat mengungkap siapa pelakunya," ujar pemilik toko emas di pasar Sukaramai, Edy kepada MedanBagus.Com, Sabtu (19/10/2013).
Sementara itu, Sosiolog UISU Razman Arif Nasution menyatakan, lambatnya pengungkapan kasus perampokan toko emas di Kota Medan ini dinilai kurang bekerja keras dari Polresta Medan sendiri.
"Kinerja Kapolresta Medan dan Kasat Reskrim patut kita pertanyakan. Karena dalam masa kepemimpinan Kapoldasu Oegroseno pernah juga terjadi perampokan dengan senjata api di bank CIMB Niaga, tapi dalam seminggu jajaran Poldasu dan Polresta Medan dapat mengungkap siapa pelakunya. Ini sudah sebulan kenapa belum juga terungkap. Apa saja kerja mereka (Kapolresta Medan dan Kasat Reskrim-red) Apa hanya kerjanya nampang di media saja dengan memaparkan tangkapan yang pelakunya kelas teri," ujarnya.
Dirinya juga menilai, dengan tidak terungkapnya kasus perampokan ini jelas membuktikan bahwa Kapolresta Medan dan Kasat Reskrim diduga tidak layak menempati jebatannya seperti sekarang ini.
"Mereka (Kapolresta Medan dan Kasat Reskrim- red) tidak pantas menduduki jabatan tersebut. Masyarakat makin resah dengan hal ini. Sebaiknya, jika tidak sanggup untuk mengungkap kasus ini, sebaiknya Kapolresta Medan dan Kasat Reskrim dengan secara terhormat untuk mundur sendiri dari jabatannyan" ujarnya.
Untuk itu, katanya, Mabes Polri dan Kapoldasu untuk secepatnya dapat mengevaluasi kinerja Kapolresta Medan dan Kasat Reskrim ini. [ded]
KOMENTAR ANDA