
"Gempa kecil masih sering terjadi terutama pada malam hari," kata Edi Sitepu, warga desa Sigarang-garang, Kecamatan Naman Teran kepada Rakyat Merdeka Online, beberapa waktu lalu.
Edi, di desa itu sehari-hari membuka warung kopi. Di warungnya, setiap hari ramai dikunjungi warga untuk menikmati secangkir teh manis ataupun kopi panas sambil mendiskusikan berbagai hal mulai dari harga sayur-mayur, kondisi gunung Sinabung sampai masalah politik. Warung miliknya pun dijadikan posko pengamanan kampung ketika gunung Sinabung meletus.
Seminggu lalu, Edi mengatakan kalau warga desa Sigarang-garang dan desa lainnya, dikejutkan gempa berkekuatan besar yang terjadi pada pukul 03.00 WIB. Sontak warga berlarian keluar rumah ketika gempa itu terjadi.
"Kami trauma dengan gempa yang terjadi tahun 2010. Tanah seperti mau amblas," kenang Edi sembari menyalakan rokok dimulutnya.
Tahun 2010, gunung tertinggi di Tanah Karo itu sempat meletus. Letusan Gunung Sinabung lebih dahsyat ketimbang letusan pada 14 September kemarin. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA