post image
KOMENTAR
Dusun 1, Desa Pematang Guntung, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdangbedagai, mendadak heboh dengan kedatangan Asisten 2 Pemkab Sergai Drs Amirullah Damanik, Kadis Kesehatan Drg Zaniar MAP, Camat Teluk Mengkudu Drs Zulfikar dan 3 dokter dari Puskesmas Teluk Mengkudu.

Kedatangan mereka ke daerah yang sedikit tertinggal tersebut, guna melihat adanya 4 bocah menderita penyakit berbeda. Keempat bocah tersebut adalah Yanto (12), Jumiati (13) Yoga Pratama (6) dan Fauzan (6).

Yanto anak 4 dari 5 saudara pasangan Saridon (34) dan Jubaidah (32). Yanto mengalami kelanian karena sering makan bubuk dari kayu lapuk sehingga perkembangan tubuhnya terganggu.

Walau sudah berusia 12 tahun, Yanto belum juga mencicipi pendidikan, hal itu akibat lemahnya daya pikirnya. Selain itu, bocah tersebut sering uang air tidak selayaknya anak normal lainnya.

Menurut Jubaidah, sebagai istri seorang nelayan dengan gaji pas-pasan, dirinya hanya bisa pasrah menerima yang diberikan sehingga untuk memberikan perhatian kepada yanto tidak bisa terwujud.

Sementara Jumiati punya kelainan suka makan pasir, tanah dan cacing sehingga tubuhnya kurus kering dan perutnya buncit. Selain itu kehidupan miskin dialami orangtuanya, Jumiati kekurangan gizi.

Tumini orangtua Jumiati harus banting tulang untuk mencari sesuap nasi, sementara suaminya sudah 10 tahun meninggalkan dirinya. Bahkan ibu 8 anak itu terpaksa membangun gubuk reot disamping rumah keluarganya.

"Untuk makan aja sulit gimana mau ngasi makanan bergizi untuk anakku, sementara cuma aku mancari makan, suami dah lama pergi meninggalkan kami," papar Tumini sambil meneteskan airmata.

Sedangkan Yoga Pratama dan Fauzan yang juga tinggal di dusun yang sama, menderita penyakit hampir sama. Yoga menderita pembengkakan pada telur di bawah kemaluan disebabkan adanya cairan sehingga terjadi pembengkakan.

"Kejadian itu ketika Yoga masih bayi, waktu itu rambutnya dicukur terlihat ada pembengkakan di bagian telurnya, namun kami tidak menyangka akan terus bertambah besar," terang Miswanto, ayah Yoga.

Menurut Anto panggilan akrabnya, mulai usia 2,5 tahun bagian bawah kemaluan Yoga mulai besar, sehingga dirinya was-was sementara dirinya tidak mengetahui jelas penyakit anaknya tersebut.

"Aku mau membawa anakku berobat ke rumah sakit, tapi aku orang miskin sehingga tidak mempunyai uang untuk membawanya berobat. Apalagi ada yang bilang kalau berobat k erumah sakit perlu uang banyak," paparnya.

Beda dengan Fauzan, anak keempat dari lima saudara itu hanya mengalami pembengkakan pada telur. Menurut dokter hanya disebabkan usus turun, namun penyakit tersebut membuat sang ibu, Asma (28) resah akan menyakit di derita anaknya tersebut.

"Bapaknya sudah tidak bisa bekerja karena kakinya patah, sedangkan aku kerja serabutan, bagaimana mau bawa dia berobat sementara uang tidak ada," papar Asma.

Kadis Kesehatan Sergai, Drg Zaniar MAP ketika meninjau menerangkan, pelayanan kesehatan dilakukan pihak bidan desa yang di tempatkan di desa masing-masing, sehingga apabila bidan desa tidak mampu, baru dilanjutkan ke Puskesmas terdekat.

"Kedatangan kita untuk melihat secara langsung seputar penyakit dialami mereka. Untuk itu kita bawa 3 dokter untuk melakukan pemeriksaan," kilahnya.

Anehnya Camat Teluk Mengkudu Drs Zulfikar sempat kecewa ketika mendapat kabar adanya warga yang menderita penyakit namun tidak mendapat perhatian dari pihak kesehatan.

"Saya jam 2 siang datang ke Puskesmas untuk melaporkan warga yang butuh perobatan, tapi gak ada satupun dokter di sana," paparnya.

Menurut Zulfikar, apabila pihak kesehatan respon maka penyakit dialami anak-anak tersebut tidak akan berlarut-larut sampai sekarang.

"Tadi saya baru membawa anak-anak itu ke rumah sakit Sultan Sulaiman, seharusnya pihak Puskesmas ada, tapi sampai kami bawa kerumah sakit tidak ada yang datang," ujar Zulfikar di ruang kerjanya, Kamis (3/10/2013) pagi.

Perlu kita garis bawahi, penderitaan dialami anak dibawah umur ini akibat faktor kemiskinan yang dialami keluarga mereka, sehingga ketidakmampuan orangtua untuk membawa berobat para bocah tersebu harus terbiasa dengan penyakit dialaminya. [ded]


Teks Foto: Inilah rumah reot tempat tinggal Tumini bersama anaknya, Jumiati ketika ditinjau Asisten 2 Pemkab Sergai, Drs Amirullah Damanik didampingi Camat Teluk Mengkudu Drs Zulfikar. [Foto: Putra]

Inovasi Pemutus Rantai Penularan Tuberculosis Paru Melalui Wadah Berisi Lisol Terintergrasi Startegi Derectly Observed Treatment Shourtcourse (DOTS)

Sebelumnya

Cegah Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Kesehatan