Amien Rais yang sedang gencar membangun kembali komunikasi politik dengan pertemuan dwi mingguan bersama partai partai Islam plus ormas Islam untuk menghidupkan kembali gagasan poros tengah jilid II, dapat dibaca sebagai sebuah tekanan kepada kelompok nasionalis untuk menaikan bargain atau nilai tawar dalam suksesi kepemimpinan nasional 2014.
Termasuk dari pernyataan Amien Rais pada kuliah umum di Universitas Diponegoro beberapa hari lalu yang memicu polemik di media masa yang mengibaratkan fenomena popularitas Joko Widodo belakangan ini seperti fenomena Estrada mantan presiden Philiphina berlatar belakang artis populer tanpa rekam jejak panjang kepemimpinan yang membumi.
"Ini adalah dalam rangka membangun komunikasi politik yang sering diungkapkan pak Amien sebagai 'high politic'," ujar Sekretaris Jenderal DPP Gerakan Pemuda Nusantara, Muhamad Adnan dalam keterangan tertulis, Minggu (29/9/2013).
Menurutnya seperti disiarkan Rakyat Merdeka Online, Ketua Majelis Pertimbangan PAN itu sesungguhnya ingin kembali mengingatkan pada masyarakat akan consensus berbangsa yang menjadi semacam hukum tidak tertulis bahwa bangsa ini dibangun dari consensus kelompok nasionalis dan kelompok Islam.
Tradisi yang telah dibangun sejak era reformasi dengan perpaduaan dua senyawa ini, nasionalis Islam jangan sampai kecolongan lagi seperti tahun 2009 dengan munculnya SBY-Boediono.
Sehingga respons keras dari pendukung Jokowi seperti Ketua Umum DPP REPDEM, Masinton Pasaribu mengatakan Amien nothing, tokoh reformis gadungan adalah pernyataan absurd dan terburu-buru.
"(Pernyataan ) ini seperti pedagang kaki lima yang panik lapak tuannya digusur." [ded]
KOMENTAR ANDA