Maraknya para calon presiden maupun kandidat calon presiden yang muncul dan berupaya menarik perhatian masyarakat dengan tampil di berbagai media, baik melalui media massa, spanduk, iklan ataupun bentuk lainnya, merupakan bukti bahwa calon pemimpin saat ini lebih mementingkan pencitraan dan popularitas.
Padahal popularitas adalah hal yang mudah dibentuk dan direkayasa oleh para calon presiden tersebut. Apabila para capres tersebut memiliki modal yang besar maka mereka dapat membayar media, iklan, maupun lembaga survei untuk memunculkan dan mencitrakan namanya.
"Jika punya uang, nama bisa setiap hari digoreng di media," kata ekonom senior yang juga tokoh perubahan, Rizal Ramli, dalam seminar di Kampus UIN Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Para capres yang gencar mencari popularitas dinilai Rizal telah melupakan pokok penting pemimpin lainya, yakni visi yang jelas, karakter yang kuat, serta kompetensi yang handal.
"Kalau Bung Karno dan Bung Hatta nyapres saat ini maka mereka tidak akan terpilih. Karena tidak punya modal untuk pasang iklan," ujar Rizal berkelakar.
Jika hal tersebut terus dibiarkan, Rizal melanjutkan, maka Indonesia kedepan tidak akan menjadi negara maju yang dapat menyejahterakan rakyatnya.
"Indonesia will be not the next China or Korea. But Indonesia will be the next Philippin. Karena yang bisa jadi pemimpin hanyalah mereka yang mengandalkan popularitas," demikian Rizal. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA