
Berdasarkan erupsi tahun 2010 silam, debu tersebut lebih menyuburkan tanah. Namun akibat kejadian ini lebih berpengaruh terhadap pasokan sayuran di pasar.
"Kejadian erupsi tahun 2010 silam, debu vulkanik yang menempel di tanaman sudah kita teliti di lab dan hasilnya tidak berpengaruh. Hanya saja berpengaruh terhadap menurunya pasokan dipasaran, lantaran tidak ada warga yang pergi ke ladang," terangnya kepada MedanBagus.Com, Jumat (20/9/2013).
Agustoni menambahkan, tiga tahun silam, erupsi gunung tersebut sangat mengganggu proses pembuahan jenis tanaman Tolanase seperti kentang, tomat dan cabai. Pasalnya tanaman tersebut tidak mampu bertahan di lingkungan ekstrim.
"Selain dari kentang, tomat dan cabai, tanaman kubis juga tidak mampu bertahan di kondisi cuaca ekstrim seperti ini. Karena debu vulkanik tersebut, mampu membuat daunnya menjadi melepuh. Tapi produksinya tidak berkurang, hanya kualitasnya saja yang menurun," jelasnya.
Lanjut Toni, pihak Dinas Pertanian tidak berhak memaksa para petani untuk kembali kerumah masing-masing untuk mengurusi ladang mereka agar produksi tetap terjaga. Yang lebih berhak yakni Dinas yang membidangi.
"Kami hanya menunggu instruksi dari pimpinan, kapan waktunya para pengungsi balik kerumah mereka masing-masing. Jika sudah ada himbuan, disitulah peran serta dan kinerja ekstra kita tunjukkan," yakinnya. [hta]
KOMENTAR ANDA