Selama dua jam mengambang di permukaan laut, Fajri, staf Biro Otda yang selamat dari kecelakaan perahu yang menewaskan delapan PNS Pemprov Sumut dan Pemkab Nias Selatan di Perairan Pulau Telo, Nias Selatan, 6 September lalu, mengaku hanya ingat Tuhan.
"Ya Allah bila engkau sampaikan ajal ku di sini, aku pasrah. Aku mohon sampaikan badanku ke tepi. Tapi bila tidak, datangkanlah pertolongan," tutur Fajri mengawali kisahnya.
Sambil memegang erat serpihan kayu perahu yang pecah, Fajri dan beberapa rekannya yang lain terus berdoa, mengumandangkan azan, sementara penumpang lain ada pula yang menyanyikan kidung rohani. Hingga akhirnya pertolongan yang ditunggu-tunggu itu pun datang. Seorang nelayan lewat dan menyelamatkan mereka menggunakan sampannya.
Itulah petikan kisah yang disampaikan Fajri kepada Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho ketika menceritakan pengalaman perjalanan dinasnya yang berujung petaka di perairan Pulau Tello, Nisa Selatan.
Fajri dan Sadiman yang pada Minggu (14/9/2013) diundang ke kediaman resmi Gubsu itu pun kmudian menceritakan awal perjalanan tugas hingga akhirnya ombak ganas membelah kapal cepat yang mereka tumpangi.
“Kami bergerak sekitar pukul 15.45 WIB dari Pulau Sibaranun menuju Pulau Sipika, dan rencananya perjalanan dilanjutkan ke Pulau Telo,” ujar Fajri.
Untuk menjalankan tugas, lanjut dia, tim yang terdiri atas aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemkab Nias Selatan ini menumpang tiga perahu. Perahu naas yang ditumpangi mereka tumpangi berada di urutan belakang.
Setelah berlayar, rombongan berniat singgah ke Pulau Sipika untuk melihat potensi pedesaan di pulau tersebut dan rencananya perjalanan dilanjutkan ke Pulau Telo. Namun sekitar 300 m sebelum bersandar di Pulau Sipika, tepatnya pukul 16.00 WIB tiba-tiba datang ombak setinggi lebih kurang 5 meter dari arah belakang langsung menghajar kapal kayu yang ditumpangi 11 penumpang dan satu awak ini.
“Ombak pertama membuat kapal kayu terendam air dan disusul ombak kedua langsung membuat perahu terbalik," tutur Fajri. Perahu yang ditumpangi pun pecah. Beruntung Fajri dan Sadiman serta seorang PNS asal Pemkab Nias, Iren, berhasil meraih pecahan bagian kapal kayu.
Ketiganya pun berpegangan kuat pada pecahan kapal, sebisanya melawan lelah untuk dapat terus hidup. Fajri mengaku, dia bahkan sempat mencoba menyelamatkan salah seorang korban, namun tidak berhasil karena yang bersangkutan meronta panik dan akhirnya tenggelam. Fajri juga sempat memanggil seorang rekan lainnya yang berada beberapa belas meter.
"Saya teriak panggil-panggil dia untuk merapat, tapi dia kelihatan bingung kemudian tak kelihatan lagi," ujar Fajri.
Selama dua jam yang sangat menentukan itu, Fajri dan Sadiman mengaku pasrah dan hanya mengingat sang pencipta. Fajri meminta Sadiman mengumandangkan azan, dan Iren yang beragama Kristiani menyanyikan kidung-kidung rohani.
Sementara itu, Gubsu yang mendengarkan pengalaman Fajri dan Sadiman itu kemudian menambahkan bahwa Allah SWT sudah memberikan mereka kesempatan hidup kedua, maka mereka harus bertekad menjalani hidup dengan baik dari yang lalu.
"Allah beri kesempatan hidup kedua. Semoga pengalaman berharga ini bisa memberi pengaruh positif," ujar Gubsu.
Dalam kesempatan itu pula, Gubsu mengajak Fajri dan Sadiman mendoakan rekan-rekan mereka, almarhum Syarun (43), Bahrin Lubis (55), Saidin Purba (40) , Sutrisno dan korban lainnya agar memperoleh tempat terbaik di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan, kesabaran serta ketabahan.[hta]
KOMENTAR ANDA