Serangkaian aksi penembakan terhadap anggota kepolisian membuat rasa aman masyarakat terusik. Dan, peristiwa itu bukan kasus biasa.
Demikian dikatakan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) Alif Kamal kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu (15/9/2013).
"Apalagi korban adalah anggota kepolisian Republik Indonesia. Institusi ini justru yang bertanggung jawab untuk menciptakan rasa aman kepada masyarakat," kata Alif.
Aksi penembakan tersebut hingga saat ini belum terpecahkan. Hal itu mengundang tanya apa yang terjadi dengan lingkungan sosial masyarakat dan polisi. Ataukah ada persoalan lain dalam tubuh Polri terhadap lingkungan sosialnya?
"Secara sederhana kehidupan sosial masyarakat saat ini sepertinya tak ada masalah. Meskipun terjadi kesenjangan sosial antara si kaya dengan si kaya atau si kaya dengan si miskin," jelasnya.
Hanya saja, kasus penembakan anggota polisi itu seolah memperlihatkan hilangnya hubungan sosial di masyarakat. Untuk itu menurut Alif, perlu ada evaluasi di internal Polri sendiri. Hal itu penting dilakukan mengingat Polri diamanatkan oleh negara untuk menciptakan dan menjaga rasa aman masyarakat.
"Evaluasi internal penting dilakukan agar imej polisi yang selama ini kurang bagus di mata masyarakat bisa kembali normal," kata Alif lagi.
Pesimisme masyarakat terhadap kepolisian ini bukan tanpa alasan. Sejak pisah dari TNI dan berdiri sendiri hampir tiap hari masyarakat dipertontonkan ulah oknum anggota kepolisian baik yang berpangkat tinggi, menengah maupun yang berpangkat rendahan berperilaku tidak simpati. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, lembaga-lembaga survei anti korupsi kerap menempatkan institusi Polri sebagai lembaga terkorup di Indonesia seperti yang pernah dirilis oleh Transparency Internasional Indonesia (TII) 10 Juli 2013 yang silam.
"Jadi penting bagi petinggi dan jajaran kepolisian untuk mengembalikan marwah Tribatra," demikian Alif.[rmol/hta]
KOMENTAR ANDA