MBC. Tingginya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) berpengaruh pada transaksi jual beli emas. Harga emas merangkak naik. Orang pun ramai-ramai melepas emasnya.
Antrean orang memenuhi lantai 1 gedung Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam PT Aneka Tambang (Antam) di Jalan Raya Bekasi Km 18, Pulogadung, Jakarta Timur. Hingga pukul 2 siang kemarin, layar yang menampilkan nomor urut di loket sudah menunjukkan angka 78.
Ada 9 loket yang dibuka. Ada yang melayani masyarakat yang ingin membeli emas. Juga ada loket yang melayani warga yang ingin menjual emasnya. Di bagian tengah ruang tunggu yang tidak terlalu besar itu ditempatkan sebuah etalase kaca. Di dalamnya dipajang berbagai ukuran emas yang dijual badan usaha milik negara (BUMN) itu.
Warga yang ingin tahu nilai emas hari itu bisa mengambil lembaran daftar harga di meja resepsionis. Meja ini terletak dua meter dari loket pembayaran. Atau bisa juga bertanya ke petugas bagian informasi maupun langsung ke loket.
Rita sudah jam duduk mengantre. Perempuan paruh baya yang datang bersama saudaranya ini hendak menjual emas miliknya. Tangannya memegang secarik kertas bertuliskan nomor antrean. Ia tampak sabar menunggu nomor antreannya dipanggil.
Perempuan yang mengenakan kerudung orange itu mengatakan, hendak melepas seberat 100 gram. Emas itu dibeli dari Antam pada 28 Maret 2012. Saat itu harganya Rp 520 ribu per gram. Dua tahun menyimpan emas, Rita memutuskan menjualnya saat harga sudah mencapai Rp 544 ribu per gram.
Dibanding saat membeli dua tahun lalu, harga per gram emas yang dimilikinya sudah naik Rp 24 ribu. Rita merasa saat ini tepat untuk melepas emas.
''Saya memang lagi butuh uang untuk keperluan keluarga,'' katanya.
Perempuang yang tinggal di Vespa, Pulogadung, Jakarta Timur itu mengaku sayang melepas emas saat ini. Sebab keuntungannya dari menyimpan emas hanya sedikit.
''Menurut teman-teman saya, akan lebih gede untungnya bila sampai tiga tahun,'' ujarnya.
Namun tahun ajaran baru yang berdekatan dengan bulan puasa dan Lebaran membuat pengeluaran keluarganya melonjak. Ia pun merelakan menjual emas walaupun harganya.
''Di awal puasa harga emas masih rendah. Sekarang ada peningkatan tetapi kalau tadinya saya tidak butuh banget uang ya tidak akan jual emas. Karena lagi butuh banget saja makanya saya jual,'' ujarnya.
Rita merasa sulit memprediksi keuntungan dari berinvestasi emas. Sebab harganya naik turun. “Ya untung-untungan jugalah. Kalau lagi bagus harga ya dijual banyak dan dapat lumayan gede. Kalau lagi tidak bagus harganya, tetapi butuh uang ya mungkin tak banyak untungnya,” jelas dia.
Meskipun tidak paham soal moneter, Rita yakin kenaikan harga emas ini ada hubungannya dengan naiknya nilai tukar dolar Amerika terhadap rupah. ''Saya rasa ada pengaruhnya dengan dolar,'' ujarnya polos.
Warga yang selesai bertransaksi lalu beranjak ke luar gedung. Kursi antrean yang ditinggalkan segera terisi lagi. Seorang warga negara asing (WNA) terlihat bertransaksi di loket. Dia didampingi seorang pengawal berbadan tegap. Menurut sang pengawal, bosnya berasal dari Jepang. ''Saya menemani bos mau jual emas,'' ujarnya.
Pukul setengah tiga, kantor Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam PT Antam ini menghentikan antrean. Sebab loket akan ditutup. Petugas loket hanya melayani warga yang ada.
Fakhri Reza, Coorporate Marketing PT Antam mengatakan nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah yang tengah tinggi berpengaruh terhadap emas.
Senin nilai tukar 1 dolar Amerika mencapai Rp 10.848. Kemarin, sedikit turun jadi Rp 10.841. ''Ada penurunan tujuh poin. Namun harga emas ya sama saja dari kemarin (Senin—red), baik harga jual maupun harga beli,'' ujar Fakhri seperti disiarkan Rakyat Merdeka Online.[ded]
KOMENTAR ANDA