post image
KOMENTAR
MBC. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan para pengusaha tahu tempe menjerit.  

Kemerosotan nilai tukar rupiah merefleksikan penurunan permintaan masyarakat karena peran perekonomian nasional juga turun.

Hal itu berimplikasi meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Biaya impor bahan baku industri, termasuk impor kedelai bagi tahu tempe, jelas makin membebani pengusaha karena baru saja terdampak kenaikan harga BBM dan biaya tenaga kerja.

Perajian tahu tempe pun terpaksa memperkecil ukuran produk sebagai salah satu cara mensiasati tingginya harga bahan baku. Ukuran tahu tempe menjadi lebih kecil dari biasanya namun harga jualnya masih sama. Ada juga pedagang yang tidak mengubah ukuran tetapi dan memilih menaikkan harga jual produknya bervariasi 10-25 persen.

Pedagang mengaku harga kedelai impor terus mengalami peningkatan mengikuti melemahnya nilai tukar tukar rupiah terhadap dollar AS. Biasanya bahan baku kedelai bisa dibeli Rp7.700 per kilogram tapi kini di harganya di berbagai daerah terus merangkak naik di kisaran Rp8.500-9.000.

Tahun lalu harga kedelai juga mengalami lonjakan sehingga berdampak terhadap produksi tahu dan tempe. Para perajin tahu dan tempe pun meminta bea masuk kedelai dihapuskan. [ded]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi