Peneliti senior Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyatakan nasionalisme dan demokrasi tidak linear dengan kesejahteraan, karena neokolonialisme masih bercokol di Indonesia.
Sebagai contoh Karyono menyebut, misalnya dalam faktor sumber daya alam yang dikuasai oleh asing. Belum lagi, pejabat negara yang sejatinya punya kewenangan untuk mengawasi sumber daya alam di Indonesia justru mengkhianati bangsanya sendiri dengan melakukan KKN.
"Nah, apakah ini bentuk nasionalisme yang dicita-citakan? Ini sangat bertentangan dengan cita-cita nasionalisme," kata Karyono dalam diskusi publik The Jakarta Institute yang mengangkat tema 'Nasionalisme ditengah kemerosotan Demokrasi' di Hotel Alia Cikini, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Karena itu, Karyono menegaskan demokrasi yang terjadi hari ini mengalami paradoks. Yakni dimana disatu sisi kebebasan diberikan, tapi disisi lain pembuat kebijakan membuat aturan yang mengabaikan kebebasan.
"Karenanya mewujudkan cita-cita nasionalis jangan hanya berhenti dalam diskusi ini, sulit memang untuk memulainya, oleh karena itu tidak ada jalan lain, kecuali gerakan radikal untuk mengembalikan cita-cita nasionalis kita," pungkas Karyono.
"Dari data yang kami dalami, 75 persen calon pemimpin bangsa (capres) patut dipertanyakan jiwa nasionalismenya," demikian Karyono. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA