Pengamat ekonomi Sri Adiningsih memprediksi nilai tukar rupiah akan terus melemah dan berpotensi menyentuh level Rp 12.000 per dolar AS.
"Saya perkirakan akan terus melemah bahkan bisa sampai Rp 12.000 per dolar kalau kita tidak hati-hati," kata Sri Adiningsih di Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Ia mengatakan, jatuhnya nilai tukar rupiah dan runtuhnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa hari terakhir harus menjadi perhatian serius pemerintah dan otoritas ekonomi di Indonesia.
Sri menyarankan Presiden dan jajaran tim ekonominya termasuk Bank Indonesia berikut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja keras untuk meredam dampak situasi tersebut.
"Dalam hal ini mereka harus bekerja keras melalui forum ekonomi yang sudah ada," katanya.
Menurut ekonom UGM itu, pondasi ekonomi Indonesia tergolong rapuh karena cadangan devisa lebih banyak dikontribusi oleh dana-dana jangka pendek.
Selain itu, kondisi perekonomian global juga semakin tidak mendukung termasuk utamanya disebabkan dolar AS yang menguat dan menunjukkan sikap dari Bank Sentral Amerika The Fed terkait dengan kebijakan stimulus moneter.
"Apalagi kita menghadapi tahun-tahun politik yang jelas akan berpengaruh pada kondisi makro ekonomi kita," katanya.
Bank Indonesia (BI) menyatakan sejak akhir Desember 2012 hingga 23 Agustus 2013 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 10,9 persen (year to date) yang disebabkan penguatan nilai tukar dolar AS.
BI mencatat defisit transaksi berjalan meningkat dari 5,8 miliar dolar AS (2,6 persen dari PDB) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,8 miliar dolar AS (4,4 persen dari PDB) pada triwulan II-2013 akibat menyusutnya surplus neraca perdagangan nonmigas serta melebarnya defisit neraca jasa dan pendapatan.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore sempat bergerak melemah sebesar 115 poin ke posisi Rp 10.975 dibanding sebelumnya di kisaran Rp 10.860 per dolar AS. [hta]
KOMENTAR ANDA