MBC. Kondisi nilai tukar rupiah semakin melemah. Setelah bertahan di angka 10.000 rupiah per dollar Amerika selama beberapa hari, kini bahkan telah menembus 11.000 rupiah.
Partai Gerindra memandang akar krisis karena kelangkaan dollar. Mengapa dollar langka? Pertama, karena defisit neraca pembayaran yang disebabkan membengkaknya impor bahan baku dan barang modal. Kedua, adalah jatuh tempo utang swasta dalam denominasi dollar, dimana kita membutuhkan dollar banyak.
"Total utang pemerintah Indonesia hingga Juli 2013 mencapai Rp2.102,56 triliun juga bukti lain kegagalan kelola perekonomian negara," ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/8/2013).
Menurutnya, kondisi ini jelas mengakibatkan kebutuhan dollar yang sangat tinggi. Namun ironisnya Indonesia belum punya aturan yang dapat memaksa dollar hasil ekspor harus kembali mengendap dulu di dalam negeri untuk periode tertentu. Akibatnya seperti ini.Tapi sayangnya, pemangku kewenangan tak mau membuat langkah nyata dengan alasan takut dianggap melanggar devisa bebas.
"Padahal, negara di kawasan sudah menerapkan aturan tersebut. Di sisi lain, Pemerintah nampak salah perhitungan dengan menyatakan bahwa efek dari krisis ini pencapaian pertumbuhan 6.3 persen susah dicapai," ungkap Fadli sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online.
Selain itu, pemerintah juga seperti berlepas tangan dengan menempatkan penyebab pada kebijakan moneter AS yang berubah. Sementara enggan koreksi diri.
"Pemerintah jangan malas bertindak dan harus sadar, bahwa paham ekonomi neolib saat ini, hanya akan membuat perekonomian Indonesia menjadi penuh resiko," tekannya.
Krisis saat ini, sambung Fadli, menunjukkan sistem dan kinerja ekonomi pemerintah gagal.
Solusi strategis harus mulai dijalankan, yakni penerapan ekonomi kerakyatan sesuai konstitusi. Tak seperti saat ini yang terlalu bebas, akhirnya ekonomi Indonesia salah urus dan selalu rawan terhadap krisis. [ded]
KOMENTAR ANDA