MBC. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar jangan hanya diratapi.
Mestinya, situasi ini bisa dijadikan sebagai momentum dan lompatan untuk melakukan substitusi impor, terutama bagi industri-industri yang bahan bakunya berbasis impor seperti kedelai, gandum, dan produk-produk mesin pabrik berkapasitas besar yang selama ini diimpor bisa diproduksi dan dibuat sendiri di dalam negeri.
"Pemerintah bisa mendorong dan memfasilitasi industri untuk melakukan substitusi impor dalam jangka panjang dengan menggunakan momentum pelemahan rupiah ini," ujar ekonom Dahnil Anzar Simanjuntak, Kamis (22/8/2013).
Selain itu, sambung Dahnil, ketimbang meratapi pelemahan rupiah, lebih baik pemerintah mendorong ekspor lebih besar. Hal itu akan sangat menguntungkan bagi perekonomian Indonesia, sekaligus juga secara alamiah akan memberikan dampak terhadap nilai rupiah serta neraca pembayaran Indonesia ke depan.
Makanya, lanjut dia, halangan-halangan tarif bea keluar seperti bea keluar CPO yang tinggi harus diturunkan, sehingga kuantitas ekspor bisa ditingkatkan.
"Saya pikir kedua model kebijakan ini yang bisa mendorong normalisasi rupiah. Karena permasalahan pelemahan rupiah disebabkan permasalahan fundamental ekonomi tersebut," demikian pengajar di Unversitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten ini. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA