MBC. Nilai rupiah anjlok lebih cepat dari perkiraan pelaku pasar. Per hari kemarin, rupiah sudah turun 9,4 persen year on year menjadi di atas 10.500.
Bersama dengan anjloknya rupiah, Jakarta Composite Indeks juga anjlok 5,6 persen. Bahkan nilai perdagangannya pun mencapai Rp 6,7 triliun, melebihi nilai rata-rata tahun ini.
Keadaan sepeti ini, kata Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad H Wibowo, menunjukkan pasar sedang menghukum SBY dan pemerintahannya dengan hantaman yang keras. Pasar menghukum SBY dan pemerintahnya terutama karena tiga hal.
Pertama, kata Dradjad, yang meraih gelar master of science di bidang ekonomi serta doktor economathematic dari University of Queensland beberapa saat lalu Selasa, (20/8/2013), RAPBN 2014 divonis sebagai bukti bahwa pemerintah telah out of touch.
"Bahasa dari teman-teman saya di pasar the government is making a fool of itself. Target pertumbuhan 6,4 persen bukan hanya dinilai tidak realistis, tapi diejek sebagai guyonan," tegas Dradjad sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online.
Kedua, lanjutnya, pasar menghukum SBY karena pemerintah dinilai terlalu menganggap enteng persoalan trade deficit dan utang swasta yang jatuh tempo. Ketiga, BI dianggap terlalu dipaksa mempertahankan rupiah di luar kemampuannya.
"Terbukti dari cadangan devisa yang sudah anjlok sekitar 20 miliar dolar AS." [ded]
KOMENTAR ANDA