MBC. Kampanye negatif atas sawit Indonesia masih terus dihembuskan berbagai kelompok di luar negeri dengan ''serangan'' terbaru di Swedia.
''Belum lama ini, suatu lembaga di Swedia merilis tulisan negatif tentang perkebunan dan industri sawit Indonesia yang inti tulisannya sawit Indonesia disebut merusak lingkungan,'' kata Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, Asmar Arsyad, di Medan.
Menurut dia, kampanye negatif itu diyakini kuat sebagai upaya menjatuhkan sawit di tengah masih lebih menjanjikannya komoditas tersebut dibandingkan jenis minyak nabati lainnya.
''Kampanye negatif sawit itu harus terus dilawan.Afrika saja berani melakukan perlawanan terhadap perusahaan besar di Perancis yang membuat kampanye negatfi sawit,'' katanya seperti dikutip dari liputanbisnis.
Meski kampanye negatif di Swedia itu belum juga berdampak negatif bagi permintaan dan harga sawit Indonesia, tetapi harus diantisipasi.
Alasan Asmar karena dampak negatif itu dikhawatirkan untuk jangka panjang, padahal di Indonesia, petani sawit jumlahya semakin banyak dan sawit masih menjadi andalan utama devisa ekspor non migas.
''Harga ekspor CPO dewasa ini memang belum terlihat terganggu dengan kampanye negatif sawit di Swedia itu karena harga jual TBS (tandan buah sawit) di tingkat petani masih lumayan bagus,'' katanya.
Di Sumut, harga TBS petani berkisar Rp900-Rp1.000 per kg.
''Harga yang masih bagus di tengah masa panen raya yang sudah semakiin dakat yakni September dan adanya kampanye negatif itu menggembirakan,'' katanya.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, menyebutkan, Indonesia sudah menyepakati kerja sama dengan Malaysia bahkan Afrika untuk mengatasi atau melawan kampamye negatif sawit di pasar internasional.
Tetapi tentunya, kata dia, perlawanan tidak bisa dilakukan tanpa bukti kuat sehinggga dewasa ini, Indonesia terus melakukan riset untuk membuktikan bahwa sawit tersebut ramah lingkungan. [ded]
KOMENTAR ANDA