MBC. Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan jauh lebih sulit dan lebih berat daripada memperjuangkan kemerdekaan. Dalam memperjuangkan kemerdekaan, musuh dapat diketahui dengan jelas.
Demikian disampaikan politisi senior PDI Perjuangan, Sabam Sirait.
Sabam pun mengutip pernyataan Bung Karno bahwa di era kemerdekaan perjuangan lebih sulit karena seringkali musuhnya adalah bagian dari bangsa Indonesia sendiri. Tentu saja, musuh dalam selimut jauh lebih berbahaya daripada musuh yang nyata.
"Musuh itu bisa saja satu partai dengan kita, satu bangsa dengan kita, tapi dia merusak dan mengkhianati negara. Kadang musuh itu berpura-pura menjadi sahabat. Ini jauh lebih bahaya," kata Sabam sesaat lalu JUmat, (16/8/2013).
Di antara bukti nyata musuh negara itu, ungkap Sabam, adalah para koruptor. Karena itu semua pihak harus memerangi koruptor, dan menjadikan koruptor sebagai musuh negara.
"Memang mengatakan memberantas koruptor itu mudah tapi prakteknya susah. Bahkan yang mengatakan mau memberantas korupsi juga ternyata dia korupsi," ungkap Sabam, yang juga mantan Sekjen PDI, sebelum berubah menjadi PDI Perjuangan.
Sabam, sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online melanjutkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan itu harus penuh dengan kecintaan yang mendalam terhadap negara, penuh dengan kesabaran, penuh dengan semangat, dan juga penuh dengan pengetahuan. Pengetahuan ini juga penting, sebab misalnya, untuk menjaga kedaulatan negara dari Sabang sampai Merauke perlu pengetahuan disamping juga alat dan senjata yang canggih.
"Intinya jangan main-main dengan kemerdekaan. Kita harus berjuang bersama dalam mengisi kemerdekaan," tegas Sabam, yang telah berjuang di dunia politik selama hampir 30 tahun, dan kembali mau mengabdi kepada negara dengan cara ikut dalam pencalonan senator atau anggota DPD RI dari daerah Jakarta. [ded]
KOMENTAR ANDA