Indonesia hanya dimanfaatkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization). Pasalnya, Indonesia kerap kali hanya "dipermainkan" oleh organisasi internasional itu.
Penilaian ini disampaikan oleh aktivis Indonesia for Global Justice Salamuddin Daeng dalam diskusi bertajuk 'ASEAN, APEC, WTO dan Masa Depan Indonesia' di kantor PB PMII, Jl. Salemba Tengah, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2013).
Ia mencontohkan kasus gugatan rokok yang Indonesia ajukan ke WTO terkait pemberlakuan peraturan larangan rokok kretek oleh AS. Meskipun dalam persidangan itu menang, Indonesia tetap tidak mendapatkan apa-apa.
"Di sidang itu, Indonesia menang, tapi AS tidak mentaati keputusan WTO. Kita tidak punya alat untuk menegakkan hukuman di sana (AS). Padahal, kalau AS menang, dia bisa hukum Indonesia, misalnya dengan embargo tekstil dan lain-lain," ujarnya
Termasuk, Indonesia memutuskan untuk tidak mengimpor daging sapi dari AS, harganya malah akan melambung tinggi. "Kita tidak bisa embargo AS, kita tidak punya senjata," lanjutnya.
Di sisi lain, masih menurut Daeng, Indonesia merupakan negara yang konsisten dalam mengimplementasikan program dan aturan WTO, termasuk pencabutan subsidi bagi produk pertanian. Padahal, negara-negara maju seperti AS, Eropa dan Jepang masih memberikan subsidi bagi petaninya.
Kata Daeng, sangat mudah untuk mendukung program WTO. Pertama, pemerintah hapus subsidi. Kedua, pemerintah menghilangkan segala jenis hambatan terhadap produk impor. Ketiga implementasikan Hak Kekayaan Atas Intelektual (HAKI). Dan terakhir, pemerintah liberalisasi sektor jasa.
Yang sulit bagi Indonesia, lanjutnya, hanyalah melawan kebijakan WTO itu.
"Bela WTO gampang kan. Tapi kalau mau lawan WTO, ya lawan empat itu," tegas Daeng sambil menyeringai. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA