Kecewa terhadap maraknya aksi pengrusakan lingkungan di kawasan Danau Toba, tiga pahlawan lingkungan hidup asal Sumatera Utara mengembalikan penghargaan-penghargaan yang pernah mereka terima dari pemerintah.
Ketiganya yakni Marandus Sirait, Hasoloan Manik dan Wilmar E Simanjorang. Penghargaan yang mereka kembalikan diantaranya Danau Toba Award, Piala Wanalestari dan Kalpataru yang mereka peroleh dari Presiden.
"Kami kecewa, karena tidak ada tindak lanjut dari aparat pemerintah menangani aksi pengrusakan hutan yang terjadi dikawasan Danau Toba," kata Marandus Sirait, Jumat (2/8/2013) di Taman Beringin, Jalan Sudirman Medan.
Sirait menyebutkan, sejumlah penghargaan yang mereka terima tidak memiliki arti jika pemerintah tidak menunjukkan niat baik melestarikan lingkungan hidup di kawasan Danau Toba. Terbukti hingga saat ini hutan di kawasan Danau Toba terus menerus menyusut seiring maraknya perambahan hutan.
"Lebih baik tidak ada penghargaan kepada mereka namun kawasan Danau Toba tetap lestari, daripada mendapatkan penghargaan namun hutan kami hancur," ujarnya.
Siang ini penghargaan tersebut akan mereka serahkan ke kantor Gubernur Sumatera Utara. Mereka berharap aksi mereka ini mendapat perhatian pemerintah sehingga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia mendapat perhatian yang lebih serius.
Diketahui, Kalpataru yang diperoleh Marandus Sirait untuk kategori Perintis Lingkungan pada tahun 2005. Sementara Kalpataru Hasoloan Manik yang juga Ketua Lembaga Peduli Lingkungan Hidup Indonesia (Pilihi) dalam kategori penyelamat lingkungan pada tahun 2010.
Sedangkan Wilmar E Simanjorang mengembalikan Danau Toba Award yang diterimanya pada tahun 2011 dari Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dalam kapastitasnya sebagai Ketua Badan Pelaksana Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba.
Selain itu ada berbagai piagam dan penghargaan lain yang dikembalikan ketiganya, termasuk penghargaan Wana Lestari yang diterima Simanjorang dari Menteri Lingkungan Hidup Zulkifli Hasan pada tahun 2011. [ded]
KOMENTAR ANDA