post image
KOMENTAR
Utang luar negeri pemerintah yang tembus Rp 2.100 triliun dianggap sebagai prestasi luar biasa Presiden SBY selama dua periode kepemimpinannya.

Ekonom senior Indonesia DR. Rizal Ramli menjelaskan, pemerintahan SBY tidak mampu mengendalikan defisit neraca perdagangan yang mencapai minus 5 miliar USD, current accounts minus 5,3 miliar dolar, dan balance of payments yang minus 6,6 miliar dolar

Akibatnya pemerintah terus berhutang kepada luar negeri untuk membiayai APBN karena pajak turun yang membuat angka utang mencapai Rp 2100 triliun.

"Itulah mengapa rupiah terus anjlok melebihi Rp 10 ribu per dolar. Karena fundamentalnya keropos, tidak terjadi tiba-tiba, merosot dua tahun terakhir. Kemana SBY, kemana menteri-menteri," katanya usai menghadiri diskusi bertema 'Capres Alternatif, Siapa dan Apa Kriterianya' di restoran Galeri Cafe, Cikini Jakarta, Jumat (26/7/2013).

Rizal memastikan hal itu merupakan bom waktu yang diwariskan SBY untuk pemerintahan penggantinya. "SBY mewariskan bom waktu dalam bidang ekonomi. Defisit di berbagai aspek ekonomi yang tak pernah terjadi belasan tahun belakangan," ujarnya.

Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu menambahkan, ekonomi makro Indonesia saat ini sudah pada tahap lampu kuning. Sehingga, tak perlu menunggu waktu lama untuk sampai pada lampu merah.

"SBY mewariskan tingkat ketimpangan paling besar dalam sejarah Indonesia. Dia juga mewariskan indeks pembangunan Indonesia paling rendah, jauh dari negara-negara lain di Asia," jelas Rizal.

Sayangnya, lanjut Rizal, para calon presiden yang berniat maju di Pemilu 2014 ini tidak menyadari beban yang akan ditanggungnya nanti apabila terpilih menjadi presiden. "Yang sibuk-sibuk euforia mau jadi capres, mampu tidak jadi problem solver dari quatro-defisit ditambah utang Rp 2100 triliun. Atau malah jadi lebih parah," demikian Rizal.[rmol/hta]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi