Amuk massa seperti di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tanjung Gusta, Medan, bisa menjalar ke banyak LP lain karena beberapa faktor. Misalnya, LP yang tidak layak huni dan melebihi kapasitas. Apalagi, di dalam Lapas terdapat massa dalam jumlah besar yang mudah dihasut dan marah
"Secara kapasitas, sudah di luar kewajaran. Sementara di dalam terbentuk kekuatan jumlah orang yang bisa dihasut dan mudah marah. Apalagi kondisi Lapas tidak manusiawi seperti di Tanjung Gusta," kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI), La Ode Ida, dalam diskusi "Perhatian dan Upaya Meminimalisir Konflik di Lapas Berbagai Daerah", di Gedung DPD, Jakarta, Jumat (19/7/2013).
Kondisi Lapas yang tidak manusiawi menjadikan para narapidana mudah bentrok antar mereka dan melakukan perusakan, seperti di Tanjung Gusta dan kasus 12 napi kabur di Batam.
La Ode menambahkan, ada masalah lain yaitu penghuni Lapas dicampur aduk. Ada teroris, narkoba, dan pelaku pembunuhan dicampur di situ.
"Campur baur ini tidak mengefektifkan pembinaan," katanya.
Menurutnya, napi koruptor, narkoba dan teroris berbeda. Di tengah uang yang mereka punya, napi koruptor bisa mempengaruhi napi lain dan akhirnya bisa saling bunuh antar mereka. Uang koruptor bisa mempengaruhi napi lain.
"Napi narkoba juga berpeluang memanfaatkan napi lain. Sebetulnya tempat mereka harus berbeda. Tapi karena tidak ada kategorisasi penghuni lapas, terjadi ketegangan dan letupan," ucapnya.
Dia meminta, Lapas untuk koruptor harus khusus. Begitu juga dengan narkoba, teroris dan pembunuh.
"Napi tetap diperlakukan sebagai manusia dan dibina mentalitasnya. Jika tetap dibiarkan, perlakuan tidak manusiawi, akhirnya mereka tidak terbina," tandas dia. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA