MBC. Pemerintah diminta memperketat pengawasan serbuan makanan dan minuman (mamin) impor kadaluarsa selama puasa dan Lebaran.
Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo mengatakan, dari tahun ke tahun, lonjakan permintaan saat puasa dan menjelang Lebaran, banyak dimanfaatkan oleh oknum pedagang untuk menjual produk kadaluarsa, baik di pasar tradisional maupun supermarket.
''Kadang produk kadaluarsa tersebut diselipkan di antara produk lain atau dikemas dalam bentuk parsel,''katanya sebagaimana dilansir Rakyat Merdeka Online.
Namun, lanjutnya, tidak jarang oknum pedagang mengubah tanggal kadaluarsanya. Pasalnya, proses untuk mengubah tanggal kadaluarsa cukup mudah. Apalagi, banyak yang mudah dihapus.
''Hati-hati, bukan tidak mungkin produk yang dibeli justru mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan atau mungkin tercampur bahan non halal,'' ingatnya.
Sudaryatmo menambahkan, sejumlah produk impor mengandung bahan yang berbahaya. Fatalnya, tidak sedikit produk impor yang belum disertai label berbahasa Indonesia. Saat ini saja, produk-produk yang mengandung bahan berbahaya, seperti boraks, formalin, rhodamin dan metanin yellow, marak beredar di pasaran.
''Di sini bukan hanya perlu kehati-hatian konsumen, tapi juga pengawasan yang ketat dari pemerintah. Dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Kementerian Perdagangan,” tutur Sudaryatmo.
Namun, dia bilang, pengawasan saja tidak cukup tanpa disertai penegakan peraturan.
Dia mengimbau, ketika di lapangan ditemukan pelanggaran, pelaku harus diberikan sanksi tegas.
Dia bilang, dalam Undang-Undang No.9 tahun 1999 tentang Konsumen, sudah jelas disebutkan sanksi lima tahun penjara bagi yang menjual produk yang melampaui tanggal kadaluarsa, mengandung bahan berbahaya, komposisi dan berat yang tidak sesuai. Bahkan, izin usaha pelaku bisa dicabut.
''Sayangnya, peraturan tersebut jarang ditegakkan. Pelaku hanya mendapatkan teguran ringan dan tidak dijatuhkan sanksi sama sekali, sehingga tidak memberikan efek jera. Akhirnya, kondisi serupa selalu berulang setiap tahunnya,'' sesal Sudaryatmo.[ans]
KOMENTAR ANDA