Presiden Susilo Bambang Yudhoyono marah bukan kepalang. Pasalnya, perkembangan kerusuhan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I Tanjung Gusta justru dia peroleh dari tayangan televisi asing, bukan anak buahnya.
"Terpaksa saya sampaikan ketidaksenangan saya terhadap sejumlah isu. Apa yang saya sampaikan ini penting dan kritikal bagi masyarakat," kata SBY ketika membuka rapat terbatas di Base Ops Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Sabtu (13/7/2013) siang.
Presiden menggelar rapat sesaat setelah tiba dari kunjungannya ke Mataram, Nusa Tenggara Barat. Presiden ke Mataram untuk memperingati Hari Koperasi. Saat membuka rapat, Presiden langsung menyatakan kekesalannya.
"Soal LP (Tanjung Gusta) Medan, saya justru tahu lebih dulu dari media massa, sejumlah televisi internasional sudah meliputnya. Dibanding informasi yang saya dapat dari sistem," ucap SBY dengan nada meninggi.
Presiden kesal karena informasi yang didapatnya kalah cepat ketimbang media massa dan sosial media. Laporan yang ia terima juga telat.
"Saya tunggu respons terhadap reaction time itu kurang cepat, daerah pusat, Medan dan kita. Selama 10 jam tanpa official statement, tidak harus lengkap, tapi keluarkan statemen," sahut SBY.
Seperti diberitakan, Kamis (11/7/2013) petang terjadi kerusuhan di LP Tanjung Gusta. Napi berontak dan membakar fasilitas LP klas I Medan itu. Kondisi ini dimanfaatkan para narapidana untuk melarikan diri. Napi yang berada di LP itu berasal dari kasus kriminal, terorisme hingga kasus korupsi.
Kerusuhan dipicu padamnya listrik selama berjam-jam dan persediaan air yang habis. Rusuh juga disebut-sebut lantaran kapasitas lapas yang sudah overkapasitas, dari seharusnya 1500 menjadi 2600 narapidana.
Presiden mengingatkan, narapidana juga berhak mendapat hak dasar, terlebih saat ini sedang puasa. Ia menyebut mendapat pesan singkat dari napi yang berada di dalam.
"Kalau benar ini (napi) yang di dalam pun kirim SMS ke saya, saya hargai. Intinya Pak SBY jangan salah terima, listrik dan air penyebabnya. Napi juga punya hak-hak dasar yang harus kita penuhi, ini Ramadhan, banyak yang puasa, jangan kehilangan hak dasarnya, meski dia napi," terang SBY.
Rapat terbatas dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Keuangan Chatib Basri, Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Kepala Bulog Sutarto Alimoeso, dan Dirjen Bea Cukai Agung Kuswandono.
Presiden berharap rapat terbatas itu langsung bisa dilakukan aksinya. "Rapat ini harus action oriented, harus ada perubahan. Ingat kebakaran di Riau, begitu kita all out dan tidak tunggu, cepat sekali, dalam waktu seminggu hampir selesai, bisa," kata SBY. [ded]
KOMENTAR ANDA