post image
KOMENTAR
Ancaman bahaya dini dilansir Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Lembaga itu memprediksi akan terjadi gempa berkekuatan di atas 8,5 SR pada daerah gap antara daerah yang pernah mengalami gempa dan tidak. Kapan akan terjadi belum bisa dipastikan.

Kepala BMKG, Sri Woro Harijono mengungkapkan hal tersebut saat menyampaikan situasi terkini gempa Aceh dan Malang, Kamis kemarin. Menurutnya, masih tersisa energi yang besar lagi. Bisa di atas 8-8,5 SR dan dampaknya sangat besar.

"Semoga saja, ketika energi ini dilepas keluarnya secara mencicil, tidak sekaligus 8,5 SR. Ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar masyarakat waspada," ungkap Sri Woro Harijono seperti dilansir The Globe Journal Jumat (12/7/2013).

Woro bilang, ada tiga titik yang menjadi celah utama lokasi prediksi gempa megathrust yang dapat terjadi di wilayah selatan Indonesia. Yaitu, Barat Daya Mentawai, Barat Daya Selat Sunda dan Selatan Bali.

Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika BMKG P J Prih Harjadi, menambahkan, berdasarkan analisa dan data BMKG, hanya tiga celah tersebut yang belum terjadi gempa. Artinya masih tersimpan tenaga yang besar di ketiga titik tersebut.

"Semoga tenaga yang dilepaskan bertahap jadi gempa tidak sebesar yang diperkirakan," kata Prih Harjadi.

Meski sudah terjadi gempa 7,7 Skala Richter (SR) di Mentawai pada 2010, namun menurut Prih, masih tersisa tenaga yang lebih besar di daerah Mentawai. Berdasarkan analisa yang dilakukan BMKG atau pun para ilmuwan kekuatan gempa 'megatrusht' tersebut bisa mencapai 8 SR, dan dampaknya akan sangat besar.

Sedangkan di barat daya Selat Sunda hingga ke Bengkulu, juga belum tercatat adanya gempa. Berdasarkan penelitian paleo tsunami yang dilkakukan di Labuan, Banten, deposit sisa tsunami belum terlihat lagi adanya peristiwa tsunami yang lebih dasyat dari 1883 saat Krakatau meletus.

"Jika dirilis analisa kita gempa bisa mencapai 8,7 SR. Meski sudah pernah gempa 7,7 SR di Pangandaran yang berdampak tsunami hingga ke Cilacap namun tenaga masih tersimpan untuk barat daya Selat Sunda hingga Bengkulu," katanya.

Celah lain yang tersisa menyimpan tenaga besar terletak di selatan Bali. "Jika di Malang kemarin sudah ada gempa dan di selatan Sumba juga sudah pernah terjadi gempa dengan magnitude mencapai 8 SR maka yang tersisa celah di selatan Bali yang dapat mencapai 8 SR," ungkapnya.

Menurut Woro, semua gempa yang terjadi di Indonesia akibat adanya tiga lempeng, yakni lempeng samudera Hindia, lempeng Australia, dan lempeng benua Eurasia . Di Sumatera sendiri ada 12 patahan atau sesar.

"Kalau dihitung-hitung dari 1977 sampai 2012 ada kejadian 33 gempa dan 14 tsunami. Tapi tidak bisa dirata-ratakan dalam satu tahun terjadi sekian kali gempa," ujarnya.

Terkait kejadian gempa tektonik di Aceh pada 2 Juli 2013, terjadi akibat pergerakan sesar Sumatera segmen Tripa.

Sementara di Malang yang terjadi pada 8 Juli 2013 sumber gempanya sesar naik, terjadi akibat pergerakan konvergen lempeng indo-australia dengan lempeng eurasia.

"Diprediksikan gempa susulan di daerah Aceh akan mereda pada dua atau tiga minggu setelah gempa pertama terjadi, Selasa 2 Juli 2013 lalu. Gempa susulan itu paling besar 5,4 SR. Rata-ratanya 2,5 SR sampai 4,4 SR," ujarnya.

BMKG mencatat sebanyak 88 kali terjadi gempa susulan pasca gempa Selasa 2 Juli 2013. Namun, gempa yang dirasakan pasca gempa pertama itu tidak besar dan berangsur hilang. Karenanya, masyarakat tidak terlalu cemas, meski harus tetap waspada. [ded]

Bank Sumut Kembalikan Fitrah Pembangunan, Kembangkan Potensi yang Belum Tergali

Sebelumnya

Berhasil Kumpulkan Dana Rp 30 Juta, Pemkot Palembang Sumbang Untuk Beli APD Tenaga Medis

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ragam