Kekuatiran dan ketakutan dari pembagian BLSM akhirnya terjadi. Antrean yang diwarnai aksi saling dorong antar sesama penerima pun tak mungkin terelakkan. Dan, lagi-lagi panitia pembagian tak kuasa menghindari dan berupaya agar antrean itu tak menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Bu Moah, janda berusia 60 tahun ini harus kehilangan nyawa saat berdesak-desakan dengan ratusan penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) di Desa/Kecamatan Mumbulsari, Jember, Minggu (7/7/2013).
Ironisnya, meski Bu Moah sudah terkapar tak bernyawa, panitia terus melanjutkan pembagian dan aksi saling dorong pun tetap berlangsung sehingga korban lain terus berjatuhan.
Akhmad Zaenudin, cucu korban, menuturkan, Minggu pagi, Bu Moah berangkat dari rumahnya di RT 1 RW 2 Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Mumbulsari, menuju tempat pembagian BLSM di balai desa setempat. Nenek pencari rumput tersebut berjalan kaki tiga km menuju balai desa.
"Mbuk (nenek, Red) waktu pamit ke saya masih sehat kok, Mas," ungkapnya.
Namun tak disangka itu adalah kali terakhir dia melihat sang nenek berjalan dengan bugar dan semangat menuju tempat pembagian BLSM.
Pada pukul 11.30 WIB, datanglah kabar dari tetangga yang mengabarkan bahwa Moah meninggal saat mengambil BLSM dan masih berada di Puskesmas Mumbulsari. Seketika itu, Zaenudin bersama keluarga menuju puskesmas setempat.
Setiba di Puskesmas, mereka melihat Moah sudah terbujur kaku di ruang UGD. Penderitaan pun semakin dirasakan keluarga Bu Moah. Ketika akan membawa jenasahnya keluar dari Puskesmas, Zainuddin mengaku tak punya uang, sehingga harus berutang pada petugas Puskesmas.
"Saya utang kepada petugas puskesmas untuk mengeluarkan nenek dari puskesmas. Sebab, keluarga kami tidak punya biaya," ujar Zainuddin.
Hal yang paling menyedihkan, lanjut Zainuddin, adalah meski neneknya sudah berkorban nyawa untuk mengantre dan mendapatkan BLSm, namun tak ada petugas yang singgah ke rumah duk, untuk sekadar menanyakan kondisi keluarga apalagi mengantarkan jatah Bu Moah. [hta]
KOMENTAR ANDA