Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Medan yang diperingati setiap 1 Juli pernah dipertanyakan keabsahannya. Adalah Sejarawan dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari yang menyatakan tidak ada landasan dasar tonggak sejarah dalam penetapan hari jadi Kota Medan.
"Penetapan 1 Juli itu merupakan hasil keputusan pada tahun 1975.Dasar keputusan bersifat emosional yang tidak menginginkan hari jadi Kota Medan dihitung berdasarkan warisan Belanda," ujar Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis) Unimed itu seperti yang dimuat dalam artikel yang ditulisnya pada tahun 2009 dengan judul "Medan Satu Abad (1 April 1909-1 April 2009) Kota yang Kehilangan Jejak".
Dalam tulisannya itu, Ichwan menyebutkan,sebelumnya hari jadi tersebut ditetapkan berdasarkan pembentukan gemeenteraad (Dewan Kota) pada tanggal 1 April 1909. Jadi 1 Juli itu sifatnya sangat spekulatif, tanpa dasar perjalanan sejarah.
Penetapan hari jadi saat itu berdasarkan tahun pertemuan antara Guru Patimpus yang berasal dariTanah Karo dan Datuk Kota Bangun,seperti yang tertera dalam hikayat Hamparan Perak.
Hikayattersebut hanya menyebutkan tahun meninggalnya Imam Sadik bin Abdullah yang diyakini adalah sahabat dekat Guru Patimpus. Dari hikayat itu hanya disebutkan tahun 1509 tanpa mencantumkan tanggal pastinya.Tahun tersebut diyakini sebagai kepastian waktu datangnya Guru Patimpus di Medan. Akhirnya para pakar sejarah yang melakukan kajian ketika itu menetapkan jalan tengah secara spekulatif pada tanggal 1 Juli.
"Jadi 1 Juli itu hanya diambil berdasarkan tanggal pertengahan tahun," ujarnya. Padahal, menurut Ichwan, ketika Guru Patimpus datang pertama kali ke Medan dengan menemui Datuk Kota Bangun, Kampung Medan sudah ada saat itu di wilayah Sei
Sikambing.
Di sanalah Guru Patimpus akhirnya bermukim. Seharusnya penetapan hari jadi Kota Medan berdasarkan perjalanan sejarah yang jelas dasarnya agar generasi penerus dapat memahami sejarah Kota Medan secara benar.
"Kalau seperti ini, kita akan kesulitan menjelaskan ketika ditanya apa dasar 1 Juli ditetapkan sebagai ulang tahun Kota Medan," ujarIchwan.
Menurutnya, demi kepentingan sejarah,hari jadi Kota Medan dapat direvisi dengan
mengadakan kajian ilmiah melalui seminar yang berkesinambungan untuk menarik tonggak sejarah perjalanan Medan menjadi sebuah kota.
Revisi tersebut bukan suatu hal yang tabu.Kota Surabaya saja telah mengalami tiga kali revisi hari jadi.Begitu juga dengan Bandung yang mengalami dua kali perubahan. Ichwan menyebutkan, banyak dasar sejarah yang dapat dijadikan referensi penetapan hari jadi Kota Medan, misalnya pembukaan perkebunan Tembakau Deli.
Pindahnya Kesultanan Deli dari Labuhan ke Medan, atau kembali pada tanggal semula ketika Medan dari daerah perkampungan biasa menjadi perkotaan dengan pembentukan gemeenteraad.
"Banyak dasar kajian yang bisa dipelajari untuk memperkuat sejarah hari jadi Kota Medan,"tandas Ichwan. [yhu]
KOMENTAR ANDA