Sejumlah pengamat menilai hubungan Presiden SBY dengan partai-partai anggota koalisi ibarat hubungan poligami. Namun poligami itu tak sehat.
Demikian dikatakan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah, sesaat lalu Jumat (28/6/2013).
SBY, ujarnya, dalam konteks itu sebagai kepala rumah tangga yang tidak tegas terhadap istrinya yaitu anggota koalisi, termasuk kepada anak-anak, dalam hal ini rakyat Indonesia. Mereka pun menjadi korban dari ketidakharmonisa hubungan itu.
"Jadi hubungan dalam pemerintahan SBY ini kalau saya cermati persis seperti sebuah rumah tangga poligami," kata Iberamsjah seperti dikutip dari Rakyat Merdeka Online.
Bahkan, hubungan itu menurut dia bak adegan sinetron rumah tangga bermasalah. Karena tidak tegas dalam pemimpin rumah tangga, "istri-istri" SBY pun banyak melakukan protes termasuk anak-anaknya yang kemudian menjadi korban.
"Partai Demokrat yang merasa istri paling tua protes dan meminta SBY sebagai suami menceraikan PKS yang dianggap sebagai seorang istri yang tidak loyal dan suka selingkuh. Istri-istri lain pun ikutan protes,'' anggap Iberamsjah.
Para istri-istri SBY melayangkan protes, menurut dia, sebenarnya lebih pada rasa cemburu dan juga keinginan untuk mendapatkan perhatian lebih dari sang suami.
Mereka istri-istri lainnya seperti Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) protes dengan alasan ketidaksetiaan istri yang bernama PKS.
''Mereka menginginkan agar nafkah lahir batin yang seharusnya untuk PKS dibagi atau diberikan kepada mereka.''[ans]
KOMENTAR ANDA