Untuk menjaga soliditas, sementara kalangan menilai, keturunan Bung Karno harus melanjutkan estafeta kepemimpinan struktur partai.
Namun bila PDI Perjuangan mau menjadi partai besar dengan basis massa dan basis ideologis yang kian mengakar dan meluas, maka tidak ada pilihan bagi PDI Perjuangan keculai memilih figur yang memiliki kapasitas dan kompetensi lebih untuk duduk di jabatan publik seperti presiden.
Boleh jadi figur tersebut dari kader internal, seperti Joko Widodo. Atau bisa juga PDI Perjuangan mulai menseleksi figur di luar partai, yang memang memiliki kopemtensi dan kapasitas untuk maju dalam Pilpres 2014.
Tentu saja, untuk menjaga ideologi partai, dan di saat yang sama membendung racun opurtinisme, maka figur yang akan diseleksi juga harus memiliki memiliki kedekatan psikologis, hubungan historis, dan juga sambungan ideologis yang tidak jauh beda.
Dan bila PDI Perjuangan mau memilih dan memilah tokoh-tokoh di luar partai dengan kriteria di atas, sebenarnya bukanlah perkara yang sulit. Di antara tokoh-tokoh itu misalnya ada DR Rizal Ramli, Menteri Perekonomian di era Presiden KH Abdurrahman Whid.
Selama ini, Rizal Ramli sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Onnine bukan sosok yang asing bagi keluarga besar Bung Karno, dan juga keluarga besar PDI Perjuangan. Rizal Ramli dikenal dekat dengan Megawati Soekarnoputri dan Taufiq Kiemas. Rizal juga dekat Guntur Soekanaroputra dan Rachmatai Soekarnoputri. Kini, Rizal pun menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Kurator Universitas Bung Karno.
Soal ideologi, Rizal Ramli dan PDI Perjuangan tidak memiliki persoalan. Bahkan bisa dikatakan, Rizal Ramli sangat memahami betul gagasan-gagasan besar Bung Karno, yang selama ini menjadi inspirasi dan haluan bagi langkah politik PDI Perjuangan.
Ketika Rezim Orde Baru berkuasa, Rizal Ramli tampil ke depan. Dia mengkritik beragam kebijakan pemerintah saat itu yang dinilai mempraktekan sistem ekonomi liberal. Sebagai ekonom independen, doktor bidang ekonomi dari Boston University ini merupakan motor gerakan ekonomi konstitusi yang berbasis kerakyatan.
Gagasan ekonomi konstitusi kerakayatan Rizal Ramli pun bukan sekedar teoritik. Hal ini ia buktikan ketika menjabat sebagai Kepala Bulog.
Saat menjabat sebagai Kepala Bulog, Rizal Ramli melakukan berbagai terobosan. Ia misalnya menyederhanakan dan mengkonsolidasikan rekening-rekening Bulog menjadi sembilan rekening dari yang tadinya 117 rekening. Selama dikendalikan Rizal, Bulog pun menjadi lembaga yang transparan dan akuntabel, dari yang sebelumnya dianggap sebagai lahan basah untuk koreupsi.
Maka tak heran, dalam jangka waktu enam bulan, Rizal Ramli berhasil menaikkan nilai perekonomian Bulog. Dan selama 15 tahun memimpin Bulog, ia berhasil membawa keuntungan yang luar biasa.
Saat menjadi Komisaris Utama PT Semen Gresik, Rizal Ramli berhasil melakukan efisiensi, seperti memangkas biaya transportasi dan distribusi dari 30 persen menjadi 20 persen. Ia pun mendoorong Semen Gresik Group menjadi perusahaan yang terintegrasi dengan tiga merek yang kuat di pasar, yakni Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa.
Kembali ke persoalan PDI Perjuangan dan Pilpres. Dengan nama yang melambung di mata internasional, dengan itegritas yang dimiliki, dan yang lebih penting lagi dengan ideologi ekonomi kerakyatan, tak berlebihan bila ada yang menyarankan agar PDI Perjuangan juga mulai mengajak Rizal Ramli dan memberi peluang kepadanya maju dalam Pilpres dengan memakai tiket partai beralambang banteng moncong putih ini. [ans]
KOMENTAR ANDA