Data Badan Pusat Statistik Sumut selama April 2013, enam negara tujuan utama mengalami peningkatan nilai ekspor, di mana peningkatan terbesar terjadi ke Spanyol sebesar 377,71%, Turki 89,14%, India 54,46%, Belanda 51,29%, Jepang 14,17%, dan Malaysia 10,64%.
Selama April 2013, sekitar 35,29% produk ekspor dari Sumatra Utara dipasarkan ke kawasan Asia, terutama Jepang, China, dan India masing-masing senilai US$89,69 juta, US$79,77 juta, dan US$60,19 juta.
Setelah Asia, kawasan importir produk Indonesia adalah Uni Eropa, terutama untuk negara Belanda, Spanyol, Italia, dan Jerman masing-masing sebesar US$41,43 juta, US$29,31 juta,US$14,98 juta, dan US$10,25 juta. Ekspor ke Malaysia mencapai US$21,59 juta.
Di sisi lain negara tujuan utama yang mengalami penurunan nilai ekspor adalah Jerman turun sebesar 81,08%, Italia sebesar 60,20%, Amerika Serikat 15,76%, dan China 2,24%.
Menanggapi hal itu, Sekjend Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Laksamana Adhyaksa mengatakan melihat kondisi ini industri Sumatera Utara penghasil produk ekspor memiliki potensi yang sangat luar biasa sebagai pusat industri di Asia apabila didukung dengan infrastruktur dan energi memadahi serta pelabuhan yang dapat melayani pergerakan pelaku industri di Sumut.
''Bayangkan, jika Kuala Tanjung dikembangkan sebagai pelabuhan alternatif di mana komoditi Crude Palm Oil (CPO) di kawasan itu dapat bergerak cepat dan di Labuhan Batu dikembangkan pelabuhan untuk pengiriman komoditi karet ke luar negeri bisa cepat sehingga daya saing Sumut di pasaran luar negeri semakin baik dan tidak terjadi kemacetan disana-sini seperti saat ini. Sementara, pelabuhan BICT belawan yang rawan terjadi penumpukan barang dapat fokus di Industri dan multi produk. Ya… hasil produk kawasan Deliserdang dan Langkat dapat tersalur dengan baik,'' ungkapnya kemarin.
Dia menegaskan dengan kondisi BICT Belawan yang seperti ini sering terjadi traffic logistik dapat ditekan di mana Sumut memiliki pelabuhan alternatif dan komptisi ini dapat memajukan dunia industri.
''Selama BICT Belawan satu-satu pelabuhan bagi ekspor dan idmpor barang artinya tidak memiliki pesaing. Hal ini, tentunya pihak PT Pelindo I Belawan leluasa mengambil kebijakan sendiri. Apabila, ada pelabuhan alternatif pihak pengusaha dapat membandingkan pelabuhan mana pelayanannya dan biaya yang murah dalam mengekpor ataupun mengimpor barangnya,'' paparnya.
Dia menambahkan, dirinya yakin dengan adanya pelabuhan alternatif Sumut dengan didukung SDM dan bahan mentah yang mendukung dapat menjadi kawasan investasi yang luar biasa.
''Sumut bisa menjadi daerah ‘leading industries’ di luar Sumatera,'' tambahnya.[ans]
KOMENTAR ANDA