Walikota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan menegaskan bahwa Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) telah menyebarkan fitnah karena menyebut Kota Tebingtinggi sebagai kota terkorup di Indonesia.
Menurut Umar Zunaidi, laporan hasil pemeriksaan semester II tahun 2012 oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) yang dijadikan acuan Fitra sebagai surveinya tidak layak karena data temuan BPK itu belum tuntas dan masih dilakukan penyempurnaan.
Sehingga tudingan tersebut merupakan character assassin (pembunuhan karakter) terhadap Kota Tebingtinggi yang baru saja merayakan hadi jadi ke-96.
"Temuan BPK bukan konsumsi publik, jadi apa maksudnya Fitra mendiskreditkan Tebingtinggi dan memvonis sebagai Kota Terkorup di Indonesia? Apa parameternya? Kita minta Fitra jangan fitnah," demikian tegas Umar Zunaidi Hasibuan pada temu pers dengan puluhan wartawan media cetak yang bertugas di Unit Pemko Tebingtinggi, Senin (24/6/2013) di ruang Data Sekretariat Pemko Tebingtinggi.
Zunaidi bilang, semua hasil pemeriksaan BPK yang menjadi acuan Fitra itu sudah ditindaklanjuti, dan hingga kini BPK belum pernah menyatakan dan mengisyaratkan atau menginformasikan soal Tebingtinggi sebagai daerah terkorup di Indonesia.
"Hasil audit akhir semester II tahun 2012 oleh BPK sudah kita terima dan tidak ada pernyataan seperti itu (tidak ada temuan), yang ada adalah Pemko Tebingtinggi diminta melakukan penataan asset," jelasnya.
Adapun beberapa pekerjaan pembangunan yang belum selesai dilaksanakan saat BPK melakukan pemeriksaan di Kota Tebingtinggi, semua sudah ditindaklanjuti, karena kalau memang masih ada kesalahan pasti akan dilakukan perbaikan, terang walikota.
"Pemberitaan hari ini sangat-sangat tidak mengenakkan, ini merupakan carracter assassin dan pencemaran nama baik, seharusnya Fitra melakukan konfirmasi terlebih dahulu ke Pemko Tebingtinggi, apa parameternya dan apanya yang dikorupsi? Karena semua temuan BPK sudah ditindaklanjuti, dan temuan BPK yang tidak selesai (anggarannya) sudah dikembalikan," tandasnya. [ded]
KOMENTAR ANDA