Dari beberapa survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, kenaikan harga BBM menjadi musibah politik sendiri bagi partai penguasa.
Menurut peneliti LSI, Adjiie alfaraby, Partai Demokrat yang merupakan bos partai penguasa terkena imbasnya, Demokrat merupakan partai yang paling disalahkan hingga mencapai 58,6 persen, sementara sisanya 15,5 persen 'ditanggung' partai koalisi dan oposisi laiinya.
Tapi fakta tersebut berbanding terbaik dengan partai yang ikut membagikan kompensasi berupa uang tunai seperti BLSM. BLSM tersebut menjadi 'berkah' tersendiri bagi pihak yang dianggap paling berjasa.
Adjie memaparkan, menurut publik dengan penyaluran BLSM, SBY yang paling dinilai berjasa. Sebanyak 46,9 persen publik menilai SBY paling berjasa, menyusul di bawahnya Menko Perekonomian, Hatta Rajasa (11,4 persen), Menko Kesra, Agung Lakksono (10,75 persen) dan Menteri ESDM, Jero wacik (1,79 persen).
Ia juga mengatakan, berkah belum berhenti hanya sama SBY dan para menterinya, karena Demokrat juga paling banyak mendapatkan pencitraan negatif dengan pembagian BLSM itu. 49,45 persen publik menilai Partai Demokrat paling berjasa, sementara partai lainnya termasuk oposisi hanya 16 persen.
Berkah tersebut mencoba mengajak publik mengingat fenomena di tahun 2005 bulan Oktober silam. Elektabilitas SBY dan Demokrat saat itu anjlok hingga 5-10 persen akibat BBM naik, tapi tahun 2008 dan 2009 BLT dibagikan SBY dan Demokrat menjadi mendapat 'berkah' kembali.
"Inilah moment awal Demokrat yang menanjak dari partai papan tengah di 2004 menjadi pemenang di 2009. Turunnya harga BBM dan ada BLT sangat disukai mayoritas publik," tega, Minggu (23/6/2013).
Adjie kemudian membeberkan di tahun 2009 prihal blunder Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri yang mengkritik BLT, padahal yang menerima BLT adalah dari kalangan wong cilik yang akhirnya dengan mudah digiring ke Demokrat dari PDIP.
Kini kenaikan harga BBM dan pembagian BLSM terulang lagi di tahun 2013, maka kata Adjie, sangat mungkin dua program itu masih mewarnai politik Indonesia di 2014. Apakah mungkin PDIP membuat blunder lagi dengan megecam BLSM? Menurut Adjie, kemungkinan besar SBY akan menurunkan BBM lagi menjelang Juni 2014 atau sebelum pilpers, apalagi BLSM masih berjalan hingga awal bulan 2014.
SBY dinilai Adjie akan betul-betul mengambil langkah jitu itu demi menutupi kasus korupsi dan kelemahannya dengan memainkan BBM dan membagikan BLSM.
"BBM turun 500 atau 1000, BLSM tetap jalan, Demokrat menang lagi, BBM dan BLSM bisa jadi komoditas iklan paling jitu demi mengulang kejadian 2009," demikian Adjie. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA