Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak perlu dirisaukan, kalau pemerintahan SBY-Boediono mempunyai strategi pemberdayaan ekonomi yang kokoh.
Bukan menjalankan program kompensasi seperti bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) yang tidak sepantasnya dilakukan oleh pemimpin rakyat.
"Kebijakan yang diambil justru melakukan pembodohan terhadap rakyat, tidak mendidik bahkan membunuh spirit/etos kerja keras rakyatnya," ujar Sekjen Perindo, Ahmad Rofiq kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu (23/6/2013).
Menurut Rofiq, budaya pemimpin pemalas menghasilkan kebijakan yang membuat rakyat menjadi malas, kepemimpinan pemalas justru melahirkan budaya instan. Serba ingin cepat tanpa keringat, ingin kaya tanpa kerja keras.
Kompensasi dengan BLSM memang sudah bukan menjadi rahasia lagi, sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa kebijakan ini adalah bagian dari kebijakan untuk mencari muka pada rakyat terkait pemilu 2014. Program ini jelas Rofiq sangat menggoda bagi partai-partai penguasa, dengan harapan semua partai berkuasa mendapatkan porsi penyaluran kepada konstituen.
"Tapi mereka tidak sadar bahwa ambisi politik mereka sangat membahayakan bagi masa depan bangsa, karena program ini sama dengan memelihara kebodohan rakayat secara permanen. Inilah bahayanya jika bangsa ini dipenuhi oleh pemimpin yang lapar kuasa, lapar harta dan miskin mental," tndas Rofiq yang juga bekas Sekjen Partai Nasdem itu. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA