Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang melimpah. Namun disayangkan pengelolaannya dilakukan dengan cara-cara salah sehingga tidak bisa dinikmati rakyat.
"Kita dianugerahi Tuhan banyak cawan emas. Tapi semua diberikan ke asing," ujar ekonom senior DR. Rizal Ramli di depan ratusan Marhaenis Surakarta dalam acara Haul Bung Karno di Lawean, Solo, Jumat (21/6/2013) malam.
Indonesia tercatat sebagai produsen gas terbesar di Asia Tenggara. Pembangkit listrik di Singapura menggunakan tenaga gas dari Indonesia. Begitu juga dengan bus-busnya. Gas kita juga digunakan sebagai bahan bakar bajaj-bajaj di India. Tetapi anehnya, kita justru tidak menggunakan gasnya untuk kebutuhan dalam negeri. Rakyat butuh gas susah. Kita malah menggunakan batu bara dan diesel yang didatangkan dari luar untuk pembangkit-pembangkit listrik. Padahal jelas ongkos produksinya jauh lebih mahal.
Ditegas RR, demikian Rizal Ramli disapa, jika pembangkit-pembangkit listrik kita menggunakan gas sendiri maka biayanya hanya tiga sen per kilowattnya. Sementara kalau menggunakan batu bara biayanya 6 sen, dan menggunakan diesel 30 sen per kilowattnya.
"Tentu saja ada tapinya, ekspor kita mesti dikurangi," tutur Menteri Kordinator Perekonomian era Pemerintahan Abdurrahman Wahid itu.
"Freeport nilainya ratusan miliar dolar, Cepu nilainya 200 miliar dolar, Natuna ratusan miliar dolar, Tangguh di Papua ratusan miliar dolar. Tapi karena karakter pemimpin kita inlander, dipuji-puji asing dengan 'kaleng' (penghargaan) senang, diberikan semua kekayaan alam kita ke asing," tutur Rizal yang disebut Tantio, salah satu sesepuh Marhaenis Surakarta, punya pandangan yang Soekarnois.
Penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa Bangsa ini menegaskan pengelolaan sumber daya alam yang terjadi di Indonesia sekarang ini tidak sesuai Konstitusi. Tidak sesuai dengan Pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat. Ada puluhan Undang undang yang dibuat atas titipan asing sehingga isinya membela kepentingan mereka.
Untuk itu Rizal yang didaulat sebagai calon presiden paling reformis oleh Lembaga Pemilih Indonesia berharap pemilihan presiden 2014 mendatang benar-benar bisa mendatangkan pemimpin yang benar-benar tegas, punya karakter dan mampu mewujudkan hal-hal yang indah dalam Pancasila dan UUD 1945, dan mimpi rakyat menjadi kenyataan. Dia pun mengimbau jangan pilih pemimpin yang hanya mengandalkan citra, pasang iklan dan spanduk dimana-mana sementara sebenarnya tidak punya kemampuan mengatasi masalah.
"Insya Allah nanti kita punya pemimpin sehebat Bung Karno dan Gus Dur. Kalau itu terjadi kekayaan alam akan bisa dinikmati rakyat," pungkas RR yang dikalangan Nahdliyin akrab disapa Gus Romli.[rmol/hta]
KOMENTAR ANDA