Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM() bersubsidi banyak dinilai sebagai pil pahit yang harus diminum oleh rakyat. Pemerintah pun menggunakan bantuan sosial bernama Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), sebagai kompensasi penawar rasa pahit itu.
Pengamat ekonomi asal Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menyebut pembagian ini hanya sebatas pemanis sementara saja dari imbas kenaikan BBM.
"Pembagian BLSM cuma untuk ngurangin kepahitan saja. Sama seperti abis donor darah, terus dikasih mie instan. Jadi untuk sebentar saja," paparnya dalam diskusi bertajuk "BBM Naik, Siapa Tercekik?" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (22/6/2013).
Menurutnya, pembagian BLSM ini seharusnya lebih dari empat bulan. Setidaknya selama enam bulan, orang miskin harus menerima sumbangan sebesar Rp150.000 per bulan itu.
Faisal menjelaskan, alasan enam bulan karena upah minimum buruh baru akan dinegosiasikan kembali pada bulan Januari mendatang.
"Seharusnya 6 bulan pembagian BLSM itu," kata Faisal sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online. [ans]
KOMENTAR ANDA