Lelah masih terlihat di wajah lelaki senja asal Inggris ini. Setelah dibebaskan dari penculiknya Kamis (13/6/2103) pagi, Malcolm Primrose, pekerja kontrak perusahaan kontraktor Medco E&P kini sudah dapat kembal berkumpul dengan keluarganya.
Dalam kelelahan yang masih terpancar di wajahnya, lelaki berpostur tubuh tinggi besar ini menceritakan pengalaman yang baru saja dialamainya.
Didamingi istrinya Nurasiah yang merupakan warga Lhokseumawe, Primrose pun menceritakan penculikan yang terjadi pada 11 Juni lalu.
Dengan terbata-bata, Primrose menuturkan kisah penculikannya dengan menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan istrinya, Nurasiah.
"Saya tidak disakiti dan juga diberi makan," tutur Primrose mengawali kisah drama penculikan selama 72 jam.
Pegawai PT Blade Energy Indonesia, kontraktor pada perusahaan pengeboran migas PT Medco E&P Malaka yang beroperasi di Aceh Timur itu kemudian melanjutkan kisahnya.
Hari itu, tutur lelaki berusia 61 tahun ini, dia dan seorang supir Pt Medco E&P Dania Aria tengah berjalan pulang dari lapangan pengeboran Matang I Well Site Blang Simpo menuju Base Camp di Desa Seumali Kecamatan Rantau Peurelak. Di tengah jalan, mobil Pajero Sport bernomor polisi BK 1733 ZN yang dikendarai dua pekerja PT Medco ini dihadang sekelompok orang bersenjata.
Ketika itu, lanjut Primrose, ada enam pria bersenjata yang membawa tiga pucuk senjata api laras panjang berjenis M-16 dan seorang yang membawa parang. Sebelum membawa Primrose dengan menggunakan mobil Avanza hitam, kawanan bersenjata itu membekap sang supir, Dania Arani dan meninggalkannya di mobil.
Meski Primrose mengaku tak disakiti selama dalam kekuasaan para penculik, namun Nurasiah mengaku sempat menerima telepon dari orang yang mengancam dan meminta sejumlah uang penebus.
"Ada yang menelepon saya dan meminta uang tebusan Rp1 miliar," kata Nurasiah seperti yang dilansir Atjehpost.com.
Nurasiah menersukan, dia sempat bernegosiasi dengan penelfon yang menurutnya adalah bagian dari para penculik suaminya, primrose. Namun, ketika negosiasi sedang terjadi, tiba-tiba sambungan telfon terputus.
"Kemudian ada yang telepon lagi minta uang tebusan 20 ribu Dollar Singapura (setara Rp. 157,8 juta), sambil mengirimkan nomor rekening bank," kata Nurasiah.
Nurasiah yang sudah panik, kemudian mengaku sempat akan mengirimkan uang ke nomor rekening yang dituju. namun ketika keeseokan paginya, dia akhirnya mengurungkan niatkan karena mendapat telfon dari seorang petugas keamanan perkebunan yang mengabarkan bahwa suaminya sudah ditemukan.
"Akhirnya uangnya tidak jadi saya kirim karena suami sudah dilepaskan," kata Nurasiah.
Malcolm Primrose dilepaskan pada kamis sekitar pukul lima pagi. Dengan mengendarai rakit, Primrose diantara empat penculiknya yang mengenakan shebo wajah ke kawasan PT Citra Ganda Utama.
Dari tempat itu, lanjut Primrose, dia dibebaskan dan harus menempuh perjalanan membelah hutan dengan berjalan kaki. Setelah sekitar satu jam berjalan menuju PT Wira Perca, Gampong Alur Kaul, Bukit Angkop, Kecamatan Rantau Selamat, lelaki itu akhirnya bertemu dengan seorang petugas keamanan bernama Abdurrahman.
Abdurrahman lah yang kemudian mengabarkan kondisi Primrose kepada sang istri.
"Saya berjalan hampir satu jam menggunakan ranting sebagai tongkat. Saya tidak disakiti, malahan ditunjukkan arah jalan pulang," ujar Malcolm.
Kini Malcolm Primrose sudah berkumpul kembali bersama keluarga dan istri tercinta. Meski dia mengaku tak menerima perbuatan kasar dari para penculik, namun kasus ini tetap menjadi PR bagi kepolisan. [hta]
KOMENTAR ANDA