Belum adanya janji-janji Joko Widodo selama masa kampanye yang terealisasi dengan baik hingga saat ini tampaknya tak mengejutkan.
Pengamat sosial-politik Mustofa Nahrawardaya mengungkapkan, Jokowi saat jadi jadi Walikota Solo sukses "jualan" dan "menunggangi" isu mobil Esemka. Namun tidak pernah matang dalam proyeknya hingga kini.
Saat itulah, Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Masyarakat DKI terlalu tinggi ekspektasinya. Karena mengira kehebatan managemen Mas Joko tersebut bisa dipraktikkan di Jakarta. Tapi faktanya jelas berbeda. Kini program Esemka yang diagung-agungkan masyarakat menjelang Pilkada DKI itu, sudah nyaris tamat. Pemesan Esemka dikecewakan, bahkan pada mundur," ujar Mustofa Rabu, (12/6/2013).
Sekarang, ungkap Mustofa, bahkan memimpin Jakarta sudah hampir delapan bulan, Jokowi dan Ahok justru minim prestasi. Sekalipun itu prestasi mengatasi persoalan di depan mata seperti penertiban Gepeng dan penertiban jalan kota.
Sentuhan pembangunan DKI yang awalnya dibilang gampang, kini terbukti menyulitkannya mereka sendiri. Bahkan program-program yang dulunya ditentang, seperti pembangunan enam ruas tol, kini malah dikerjakan.
"Padahal penentangan pembangunan enam ruas Jalan tol itulah yang menarik pada program Jokowi-Ahok. Belum lagi pengingkaran atas janji melindungi PKL dan warga Miskin Jakarta. Penggusuran hampir setiap hari menghiasi media," tandas Mustofa sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online.
Karena itulah, Mustofa menegaskan, Jokowi tidak tergiur atas desakan maju pada pemilihan presiden 2014 mendatang. Jokowi harus terus membangun Jakarta hingga akhir masa jabatan.
"Selesaikan dulu membangun Jakarta, hingga akhir jabatan jika ingin memiliki catatan prestasi gemilang. Tanpa itu, tiada guna!". [ans]
KOMENTAR ANDA