Nama Yusrianto Nasution sudah tidak asing di jagad teate Sumatera Utara. Jika menyebut nama Yusrianto, maka ingatan publik teater di daerah ini akan mengarah kepada lakon komedi. Pria yang sehari-hari bekerja di RRI Medan ini memang dikenal piawai mengemas lakon komedi.
"Komedi itu beda dengan lawakan. Jadi jangan salah sangka. Membuat komedi itu berat," kata Yusrianto dalam keterangan pers yang diterima MedanBagus.Com, Selasa (11/6/2013).
Kali ini ia kembali dipercaya Teater O USU untuk menyutradrai pementasan lakon komedi Detektif Danga-danga (DDD) Episode Negeri Para Bandit yang akan digelar Jumat 21 Juni 2013 dan Sabtu 22 Juni 2013 di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU). Lakon DDD ini menurut Yusrianto berbicara tentang praktik kotor para elite.
"Semacam sindiran kepada orang-orang yang mengaku wakil rakyat," ujar alumnus FS USU ini.
Pementasan DDD Episode Negeri Para Bandit didedikasikan untuk membantu Aquilla, bocah penderita atresia billier (kelainan hati).
"Kita mencoba menghibur penonton untuk sebuah tujuan meringankan beban keluarga Aquilla," kata Yusrianto.
Yusrianto sudah menulis sejumlah lakon komedi diantaranya Pangeran Jongkok, Tukang Sapu dan Pengantar Koran, dan DDD Episode Anak Perawan di Sarang Penyamun. Selain itu, pria ini juga sebelumnya dikenal sebagai pemain dalam Teater Ladang dan Senat FS USU yakni Silhuet, Rimba-rimba Cermin karangan Z Pangaduan Lubis.
Bagaimana konsep komedi yang diusung pada DDD kali ini? Menurut Yusrianto, pada pementasan yang akan digelar dua pekan mendatang, ia telah mencoba memberikan satu konsep baru dalam teater komedi yakni melibatkan emosi kultural pada masyarakat Sumatera Utara.
"Jika dalam panggung politik emosi kultural sering tidak terwakili, di pentas ini kita mencoba memberi wanra tersendiri," katanya.
Yusrianto menyadari bahwa untuk menggarap DDD kali ini tidak bisa bekerja sendiri. Untuk membantu tugas tersebut, Yusrianto melibatkan Mukhlis Win Aroyoga sebagai Asisten Sutradara. Aktor senior Teater O USU ini sudah teruji mengemas pertunjukan bergenre absurditas dan serius. ‘’Justru di bagian itu saya melihat Mukhlis bisa menutup kesan teater komedi tidak identik dengan lawakan," kata Yusrianto. [ded]
KOMENTAR ANDA