Koordinator Petisi 28, Haris Rusly, mengingatkan akan film musikal Evita Peron, istri Presiden Argentina, Jenderal Juan Peron, dengan lagu Don't Cry for Me Argentina.
Dalam sepenggal kisahnya di dalam film tersebut, ditampilkan ketika sang Nyonya Negara membagikan uang tunai kepada rakyat miskin dengan tujuan agar rakyat tak melawan suaminya yang korup, diktator dan menindas.
Menurut Haris Rusly, model Peronisme tersebut kini dipakai World Bank dengan sejumlah modifikasi dan diberlakukan di berbagai negara, Amerika Latin dan juga Indonesia. Model "Peronisme" tersebut ditujukan untuk mengganti kebijakan subsidi kesejahteraan yang dinilai World Bank sebagai distorsi pasar karena mengganggu bisnis kesehatan, bisnis pendidikan, bisnis minyak, dan lain-lain.
"Karena itu, saya menilai pemerintahan SBY tak pernah ikhlas menolong rakyat dengan kebijakan BLT (Bantuang Langsung Tunai). Bila pemerintah SBY ikhlas, maka subsidi harus diberlakukan kembali & bersifat permanen, seperti yang berlaku di negara-negara kesejahteraan, tak bersifat sementara," ungkapnya (Senin, 10/6/2013).
Tujuan BLT, yang saat ini disebut Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), dipastikan, semata-mata hanya untuk menolong eksistensi politik dan ekonomi dari rezim SBY-Parlemen agar tetap berkuasa dan merampok uang rakyat. BLT menolong eksistensi politik SBY karena menyogok rakyat untuk tujuan menumpulkan kemarahan rakyat akibat kenaikan harga BBM serta agar rakyat kembali pilih Demokrat di Pemilu 2014.
"Menolong eksistensi ekonomi adalah, pertama, semata untuk tujuan menstimulus daya beli masyarakat yang tertekan akibat kenaikan harga BBM," urai Rusly.
Daya beli masyarakat yang tertekan akibat kenaikan harga BBM, akan menyebabkan ekonomi nasional stuck, menghambat pertumbuhan dan memicu krisis ekonomi yang lebih luas. Tujuan kedua, menambah pundi-pundi kekayaan elite politik yang hidup dari mengambil fee ekspor minyak mentah dan impor minyak jadi karena tak ada kemauan membangun industri nasional pengolahan minyak mentah.
Karena itu, Rusly menegaskan, "Tolak kenaikan harga BBM. Tolak kebijakan populisme tipu-tipu model "rezim BLT" SBY." [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA