Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menjelaskan, pentingnya memperingati hari lahir Pancasila. Karena Pancasila telah menyediakan dasar filofosis maha kuat untuk mempertautkan bangsa yang 'bhineka' ini ke dalam 'keikaan' yang kokoh.
Menurut Mega, nilai dan praktek sosial dalam pancasila dirumuskan Bung Karno menjadi prinsip pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai dan praktik sosial berikutnya dirumuskan sebagai prinsip humanisme. Secara resmi Bung Karno menyebutnya ''kemanusiaan yang adil dan beradab''.
Prinsip ketiga adalah nasionalisme yang dirumuskan sebagai “Persatuan Indonesia”. Prinsip nasionalisme ini didasarkan pada gagasan politik modern mengenai keutamaan kewarganegaraan yang merupakan landasan bagi terbentuknya negara-bangsa modern.
Prinsip keempat adalah pengelolaan kekuasaan yang mengkombinasikan mekanisme demokrasi deliberatif dan representasi. Dalam Pancasila, hal ini dirumuskan sebagai ''Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan''.
Dan sila kelima adalah ide tentang keadilan sosial yang menekankan pada hak warga negara atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan yang diikuti kewajiban negara memproduksi dan mendelivery kesejahteraan umum. Dalam Pancasila prinsip ini dirumuskan sebagai ''Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia''.
''Kegagalan dalam mengelola kemajemukan dapat berakibat pada kebangkrutan politik berupa bubarnya negara dan hancurnya kemanusiaan yang merupakan nilai etis tertinggi yang harus dicapai semua peradaban," tegas Mega dalam acara peringatan hari lahir Pancasila di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (1/6/2013).
Karenanya, kata Mega penggalian Pancasila oleh Bung Karno merupakan prestasi sejarah maha besar yang membebaskan negeri ini dari kemungkinan terjadi sengketa ideologis yang dari pengalaman banyak bangsa baru telah memakan korban anak-anaknya sendiri.
Lebih dari itu, sambung mantan Presiden ini, Pancasila telah menjadi sumbangan besar bangsa ini bagi dunia. Dalam pidato pada pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 1955, Bung Karno mengingatkan para pemimpin Asia-Afrika dengan mengatakan:
''Mungkin sekarang ini, lebih daripada di saat-saat sejarah dunia yang lampau, hidup kemasyarakatan, pemerintahan dan ketatanegaraan perlu didasarkan pada kode moraliteit dan ethika yang tertinggi''.
Kode etik moralitas politik yang tertinggi dalam pemahaman Bung Karno, sambung Mega, adalah ''subordinasi, ketundukan segala sesuatu kepada keselamatan umat manusia''.
''Inilah menurut hemat saya fondasi bagi setiap dialog antar peradaban yang disumbangkan oleh Pancasila bagi dunia. Sesuatu yang terus menerus perlu kita rawat dari waktu ke waktu,'' kata Mega
Namun, menurut Mega, memudarnya Pancasila di mata dan hati rakyat sendiri telah berakibat jelas: Indonesia kehilangan orientasi yang berujung pada keterpurukan bangsa secara kolektif.
''Indonesia kehilangan penuntun, kehilangan motif, dan bahkan kehilangan harapan. Dan tanpa harapan, tidak akan pernah ada masyarakat yang bisa menjadi besar, tidak akan pernah ada bangsa yang menjadi besar,'' ujar Mega sambil terisak.
Mega berharap bangsa ini mengingat wejangan Bung Karno dalam pidato Lahirnya Pancasila, “De Mensch“, manusia harus memperjuangkan Pancasila supaya menjadi kenyataan.
Soekarno dengan lantang berujar, ''Jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usulkan itu menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup di atas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, janganlah lupa akan syarat untuk menyelenggarakannya, ialah perjuangan, perjuangan dan sekali lagi perjuangan.''
''Bung Karno bilang tanpa Pancasila kita akan terus berkomat-kami tentang Pancasila, dan terpulas lelap di tangan kapitalisme, imperialisme, neo-liberalisme, dan anti pluralism yang menjadi musuh besar Pancasila,'' tegas Mega.
Menutup pidatonya, Mega sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online, mengungkapkan perasaan bahagia karena bulan Juni telah diterima sebagai bulan Bung Karno. Peringatan hari lahirnya Pancasila kini menjadi bagian dari peristiwa masyarakat. Semua lapisan dengan cara masing-masing berusaha untuk menjadi bagian aktif termasuk wapres yang saat ini sedang berada di Ende. [ans]
KOMENTAR ANDA