Sesampainya di Tanah Air, Presiden SBY diharapkan segera menindaklanjuti apa yang disampaikannya dalam pidato saat menerima anugerah World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) di New York, Kamis (30/5/2013) lalu.
Dalam pidatonya, SBY antara lain menyebutkan, konflik komunal beberapa kali masih terjadi di Indonesia. Begitu juga, pertentangan akibat sensitivitas nilai agama dan radikalisme sesekali.
Menurut intelektual dari Presiden University, AS Hikam, pengakuan Presiden di depan komunitas internasional itu tentu melegakan dan membuktikan beliau paham bahwa tantangan-tantangan tersebut adalah riil.
"Saya berharap bahwa sepulang beliau nanti masalah-masalah tersebut akan diselesaikan secara nyata, satu demi satu, kendati tidak besar-besaran," ungkap Hikam Sabtu, (1/6/2013).
Menurutnya, sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online, bisa saja Presiden memulainya dengan membuat tenggat waktu (deadline) kapan jemaah Syi'ah Sampang yang masih mengungsi di stadion dan jemaah Ahmadiyah yang terusir dari kampung mereka bisa pulang kembali dan hidup dengan tenang sebagaimana layaknya warga negara Indonesia lain.
Atau bisa juga menentukan tenggat waktu kapan Gereja Yasmin Bogor dan Gereja HKBP FIladelfia bisa dibangun dan lain-lain.
"Ini saya kira penting, agar pidato beliau yang disaksikan khalayak di seantero dunia tersebut ada resonansinya dalam kenyataan di negeri kita. Dan ini juga akan menghapus semua keraguan dari para pemrotes anugerah ACF kepada beliau. Selamat berjuang Pak SBY!" seru Hikam. [ans]
KOMENTAR ANDA