post image
KOMENTAR
Prof Dr Hotman Siahaan mengatakan orang Batak harus memaknai ulang konsep budayanya apabila ingin bersikap cerdas dalam menghadapi arus globalisasi. Sebab globalisasi jangan hanya ditafsirkan sebagai internasionalisasi, liberalisasi, universalisasi atau westernisasi.

Tetapi juga harus diterangkan dari segi deteritorialisasi yang terjadi di segala bidang, baik ekonomi, politik, maupun sosial.

"Apa yang harus dilakukan menyongsong abad mendatang? Ketika orang-orang Batak sudah berdiaspora ke seluruh penjuru dunia ini, hidup di alam globalisasi, bagaimana seharusnya sikap budaya orang Batak memasuki abad mendatang itu? Sungguh dibutuhkan suatu pandangan kritis," kata Prof Dr Hotman Siahaan di sela-sela sarasehan bertema "Resep Manusia Batak Abad XXII" yang digelar Forum Komunikasi Pemberdayaan Siahaan (FKPS) di Jakarta, Kamis (30/5/2015).

Hotman menguraikan arus deras globalisasi melahirkan deteritorialisasi yang melahirkan kondisi sosial masyarakat yang tak lagi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa.

Semua harus dapat disikapi secara kritis oleh seluruh suku di Tanah Air guna melestarikan nilai, budaya, dan adat istiadat leluhur. Tak terkecuali bagi masyarakat Batak.

"Meski, di sisi lain, masyarakat Batak telah dikenal sebagai suku yang kuat mempertahankan akar budayanya meski telah beradaptasi dengan berbagai jenis jaman dan kebudayaan, baik di tingkat lokal, regional, nasional, bahkan global," katanya.

Hal senada dikatakan pemerhati komunikasi digital yang juga tokoh Batak, Alex J Sinaga.

Menurutnya, deteritorialisasi yang terjadi dalam arus globalisasi merupakan sesuatu hal yang sangat menarik untuk terus didiskusikan.

Jika saat ini ditanyakan negara mana yang menjadi negara terbesar di dunia, maka jawabannya adalah negara China, Facebook, Twitter, Indonesia, dan Amerika.  

Sarasehan Resep Manusia Batak Abad XXII juga menghadirkan sejumlah tokoh Batak lainnya, diantaranya Jenderal TNI (purn) Luhut Panjaitan, Putra Nababan, Sabar Situmorang, dan Rosianna Silalahi dengan pembicara tamu Arswendo Atmowiloto.

Acara ini juga diselingi dengan peluncuran buku Batak Inspigraph dan pemberian beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa. [rob]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya