post image
KOMENTAR
Kekeliruan demi kekeliruan terjadi dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2013. Diawali dari pengunduran jadwal UN karena keterlambatan pencetakan
naskah soal lalu merevisi jumlah siswa yang tak lulus UN sampai akhirnya, muncul masalah ketidaklulusan UN karena sebuah kesilapan.

Seperti yang terjadi pada Gita Saraswati, siswi SMAN 15 Medan. Pelajar di kelas IPS II itu dinyatakan tidak lulus pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dimana dia hanya memperoleh nilai 0,82.

Belakangan ketidaklulusannya kemudian dikoreksi. Alasannya akibat telah terjadi kesilapan saat mengoreksi hasil nilai ujian nasional pelajar berusia 17 tahun itu.

"Gita, datang kamu ke sekolah ya, kamu sudah lulus. Rupanya ada kesilapan," bunyi pesan singkat yang diterima Gita dari pihak sekolah, Kamis (30/5/2013) pagi tadi sekitar pukul 09.32 WIB.

Pertanyaan yang mucul adalah, kesilapan seperti apa yang dilakukan Dinas Pendidikan sehingga harus mengorbankan perasaan dan masa depan seorang pelajar. 

Apakah, ribuan pelajar yang kecewa karena harus memendam perasaan bersalah tak lulus UN juga buah dari kesilapan? Bahkan tak sedikit dari mereka harus meregang nyawa karena tak mampu menanggung beban itu.

Baca ini: Siswi kelas III SMP di Pondokpetir, Bojongsari, Depok, memilih mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di rumahnya, Sabtu (18/5/2013) sekitar pukul 06.15. Remaja itu diduga bunuh diri karena takut tidak lulus Ujian Nasional (UN).

Ada juga: seorang siswi SMA nekat terjun ke Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Banten Jumat (24/5/2013) karena diduga tak menerima tidak lulus UN.

Kenyataan ini nyaris dihadapi Gita, sejak pihak sekolah mengumumkan hasil UN pada Jumat 24 Mei lalu. Begitu mendengar tidak lulusnya, Gita tak hanya menangis. Dia juga harus menanggung malu. Apalagi hanya dia seorang di SMAN 15 Medan yang dinyatakan tidak lulus UN tahun 2013 ini.

Bahkan pelajar berjilbab itu sampai malu untuk datang ke sekolah yang berada di kawasan PAM Sunggal Medan itu. Belum lagi rasa bersalah yang dia hadapi kepada orangtuanya.



Bersyukur sang ibu, Dian Permanasari (46) mampu membesarkan hati putri bungsu dari dua bersaudara itu. Bersama-sama mereka mencari keadilan. Mulai dari sekolah, dinas pendidikan hingga panitia UN di Medan, Unimed.

Perjuangan Dian sebagai orangtua tunggal itu akhirnya membuahkan hasil, hingga akhirnya Gita Saraswati, peserta nomor 01-015-228-5 dinyatakan lulus Ujian Nasional, Kamis (30/5/2013).

Lalu bagaimana nasib pelajar lain yang dinyatakan tidak lulus UN. Apakah masa depan mereka juga buah dari kesilapan sistem pendidikan di negara ini? Sebuah kesilapan jugakah, yang akhirnya merengut nyawa mereka? 

Menghilangnya Karakter Kebangsaan pada Generasi Z

Sebelumnya

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini