Sejumlah aktivis lingkungan hidup mendirikan monumen Lumpur Lapindo di atas tanggul penahan lumpur di titik 21 sebagai pengingat tragedi semburan Lumpur Lapindo yang telah menenggelamkan ribuan rumah di tiga kecamatan di Sidoarjo, Jawa Timur.
"Monumen itu bertuliskan Lumpur Lapindo telah mengubur kampung kami, dan Lapindo hanya mengobral janji palsu. Negara abai memulihkan kehidupan kami, suara kami tak pernah padam, agar bangsa ini tidak lupa," ujar Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Timur Bambang Catur Nusantara dalam peringatan tujuh tahun Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Rabu (29/5/2013)
Monumen ini disebut sebagai pengingat korban Lumpur Lapindo untuk selalu menuntut pemulihan sepenuhnya kehidupan mereka yang telah ditelan lumpur. Mereka juga melakukan aksi pemasangan foto-foto untuk mengkampanyekan penghentian pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas Inc.
Sementara itu, sebanyak 40 pegiat Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dari seluruh Indonesia juga bersolidaritas dalam aksi tujuh tahun tragedi semburan lumpur Lapindo.
"Aksi kita lakukan langsung di Porong Sidoarjo Jawa Timur bertepatan dengan Hari Anti Tambang," kata Koordinator Jatam Andrie S Wijaya dalam keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Rabu (29/5).
Menurut Andrie, aksi tersebut sebagai bentuk dukungan kepada masyarakat yang menjadi korban lumpur Lapindo.
Relawan dari "Urban Poor Consortium" (UPC) Gugun Muhammad mengatakan, aksi mengenang korban tragedi Lumpur Lapindo ini ditempuh untuk menggugah kesadaran publik akan aktivitas pengeboran oleh Lapindo Brantas Inc.
"Kami akan menggalang dukungan publik atas ancaman yang bakal ditimbulkan oleh proyek-proyek migas yang tidak mengindahkan keselamatan warga seperti yang telah dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc di sumur Banjar Panji 1," ujarnya.
Belum ada komentar dari pihak Lapindo Brantas Inc mengenai aksi yang memokuskan kritik kepada mereka ini. [rob]
KOMENTAR ANDA