Israel memperingatkan, "tahu yang harus dilakukan" jika Rusia mengirim peluru kendali anti-pesawat, yang dijanjikan, kepada Suriah, di tengah-tengah peningkatan kekhawatiran konflik itu menjalar ke Lebanon.
Israel, Selasa (28/5/2013), mengatakan akan bertindak jika Rusia tetap mengirim peluru kendali itu, sementara komandan penting pemberontak Suriah memberikan ultimatum 24 jam kepada gerakan Hizbullah Lebanon untuk menghentikan bertempur membantu pasukan pemerintah Suriah.
Perkembangan itu meningkatkan ketegangan setelah Uni Eropa memutuskan mencabut embargo pemasokan senjata kepada pemberontak Suriah, satu tindakan yang ditanggapi oposisi dengan hati-hati.
Pemerintah Suriah bersama dengan Rusia sekutunya mengecam keputusan Uni Eropa itu sebagai satu "hambatan" bagi usaha-usaha perdamaian, sementara menuduh blok itu mendukung dan mendorong "teroris".
Amerika Serikat mengatakan pihaknya mendukung tindakan Uni Eropa itu sebagai satu tindakan untuk menunjukkan "dukungan penuh" bagi pemberontak, kendatipun pihaknya menolak membantu senjata karena khawatir senjata itu bisa jatuh ke tangan kelompok garis keras.
Pencabutan embargo itu mengirimkan satu pesan kepada pemerintah Presiden Bashar al-Assad bahwa dukungan terhadap oposisi akan terus meningkat", kata juru bicara Departemen Luar Negeri Patrick Ventrell.
Moskow mengatakan pihaknya berencana akan mengirim ke Damaskus rudal-rudal S-300 Grummel -- yang dirancang untuk mencegat pesawat atau rudal -rudal lain seperti MIM-104 Patriot yang NATO telah gelar di perbatasan Turki dengan Suriah-- yang adalah bagian dari kontrak-kontrak yang ada.
"Kami menganggap pasokan-pasokan itu satu faktor stabilisasi," kata Wakil Menteri Luar Negeri, Sergei Ryabkov, dan menambahkan rudal-rudal itu dapat bertindak sebagai pencegah terhadap intervensi asing.
Israel sangat menentang pengiriman itu, dan menteri pertahanannya memperingatkan akan ada satu tanggapan.
"Pengiriman rudal-rudal itu tidak dilakukan, saya mengharapkan itu tidak dilakukan. Tetapi jika rudal-rudal itu tiba di Suriah, kami tahu apa yang kami harus lakukan," kata Menteri Pertahanan Israel, Mosshe Yaalon. [rob]
KOMENTAR ANDA