MBC. Stasiun televisi ABC melaporkan, Senin, (27/5/2013) malam, sekelompok peretas dari China telah mencuri cetak biru ("blueprint") gedung kantor intelejen Australia.
Aksi tersebut dinilai sebagai bagian dari gelombang serangan peretas terhadap kelompok bisnis dan militer yang dekat dengan Amerika Serikat. ABC melaporkan bahwa para peretas juga mencuri informasi rahasia dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan.
Pemerintah Australia sendiri sampai saat ini menolak untuk mengkonfirmasi adanya serangan tersebut.
Menteri Luar Negeri Bob Carr mengatakan bahwa laporan adanya serangan peretas itu tidak akan merusak hubungan baik antara Canberra dengan China yang merupakan mitra dagang terbesar Australia.
"Hubungan baik dengan China telah dibangun di berbagai bidang. Saya tidak akan berkomentar mengenai spekulasi keterlibatan China dalam kasus ini," kata Carr kepada wartawan, Selasa.
Para peretas yang menggunakan komputer dengan "server" China telah mencuri cetak biru gedung senilai 630 juta dolar Australia milik Australia Security Intelligence Organization (ASIO) yang belum selesai dibangun.
Menurut laporan ABC, para peretas tidak hanya mendapatkan peta gedung melainkan juga lokasi jaringan komputer dan komunikasi.
Terbukanya lokasi jaringan komputer dan komunikasi ini, menurut analis keamanan Des Ball, membuat kantor intelejen itu rentan terhadap serangan peretas di masa depan.
Gedung ASIO, yang merupakan bagian dari jaringan pengumpulan informasi intelejen global, dikabarkan memiliki pertahanan "cyber" paling rumit di Australia.
Sebelumnya pada Maret lalu, Bank Sentral Australia juga menjadi target serangan serupa. Mereka tidak kehilangan data, namun dicurigai pada peretas mencoba untuk mengakses informasi mengenai negosiasi antara negara-negara anggota G-20.
Sementara itu di Amerika Serikat, Pentagon dalam laporan tahunan mengenai perkembangan militer China menuduh Beijing telah meretas jaringan keamanan. [rob]
KOMENTAR ANDA