Pertumbuhan kota yang saat ini kian pesat, membuat banyak lahan pertanian berubah menjadi gedung dan bangunan baru. Namun sebagian warga Pematangsiantar, Sumatera Utara tidak patah arang untuk bisa bercocok tanam meski menggunakan lahan yang tidak terlalu luas.
Cukup menggunakan areal pelataran rumah yang lowong atau bahkan halaman rumah yang sempit sekalipun bisa digunakan bercocok tanam produktif berupa jenis tanaman hortikultura.
Selain untuk dikonsumsi sendiri bisa pula dijual ke pasar menambah penghasilan keluarga.
"Nama bercocok tanam itu disebut hidroponik," kata Nurhani boru Sibarani (41) warga Kelurahan Kristen, Kecamatan Siantar Selatan, Pematangsiantar, Sabtu (25/5/2013).
Medium yang digunakan untuk bercocok tanam, ujar Nurhani (foto-red), bisa pasir, sekam padi, atau air sebagai nutrisi.
Pola bercocok tanam hidroponik, menurutnya diperoleh berkat pelatihan yang difasilitasi oleh Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar pada tahun 2012.
Pelatihan diberikan beberapa hari di kantor Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar, Jalan Adam Malik No 1, diikuti 21 orang yang tergabung dalam Kelompok Karunia.
Paskapelatihan, pihak Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar kemudian memberikan hibah pendirian demplot kebun hidroponik, yang dibangun di atas lahan 20 x 6 meter persegi di Kelurahan Kristen, Kecamatan Siantar Selatan.
"Manfaatnya sangat baik. Selain kita bercocok tanam di demplot, kami juga sudah bercocok tanam pola hidroponik di rumah masing-masing," ujar Nurhani.
Bercocok tanam hidroponik, selain tidak memakan tempat yang luas juga bisa menggunakan dana yang seadanya. Nurhani misalnya memanfaatkan botol-botol minuman mineral bekas sebagai wadah dan menanam sayuran seperti sawi manis.
"Masa panen bisa 40 hari. Hasilnya lumayan bagus dibanding dengan sawi manis yang ditanam di tanah. Lebih bersih dan lembut. Satu kilogramnya bisa dijual Rp6.000-Rp8.000. Kami jual ke pasar, lumayan buat nambah penghasilan," katanya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar, Agus Budiono SE MM dalam kesempatan yang sama mengatakan, pihaknya memberikan pelatihan dan bantuan demplot untuk membina kelompok Karunia agar bisa bercocok tanam di lahan yang tidak terlalu luas.
Kata Agus, dengan produksi tanaman sayur-sayuran sendiri, warga Pematangsiantar menurutnya bisa menekan harga sayur-sayuran di pasar yang memang selalu bergolak. Apalagi pasar di Pematangsiantar masih tergantung pasokan dari Kabupaten Simalungun.
"Pematangsiantar kan masih tergantung pasokan dari Kabupaten Simalungun. Kalau ada hambatan pasokan hasil pertanian baik karena cuaca buruk atau hama, tentu harga sayuran di pasar bisa lebih mahal. Nah, jika warga Pematangsiantar bisa bercocok tanam pola hidroponik, tentu bisa produksi sendiri," katanya. [munthe/ded]
KOMENTAR ANDA