Dua wanita berprofesi sebagai pembantu rumah tangga (PRT) Sifora Sanam, 23, asal Kupang, Nusa Tenggara Timur dan rekannya Fitriani, 19, asal Nganjuk, Jawa Timur ini kerap mendapat siksaan dari majikannya.
Alhasil kedua pembantu rumah tangga ini pun nekat melarikan diri dari rumah majikannya di Jalan Yose Rizal, No 58 dan membuat pengaduan ke Mapolresta Medan, Sabtu (26/5/2013) siang.
Informasi yang diperoleh MedanBagus.Com sejak Februari 2012 Sifora Sanam, berangkat dari Kupang, Nusa Tenggara Timur ke Medan melalui sebuah jasa Paulisa Mandiri Sukses di Kupang. Berselang sebulan kemudian Fitriani, menyusul mengikuti jejak Sifora Sanam berangkat ke Medan.
Setelah berada di Medan, kedua wanita ini pun sepakat menandatangani surat perjanjian secara tertulis bekerja di rumah sang majikan yang diketahui bernama Iskandar dan Popo alias Neti (suami isteri) di Jalan Yose Rizal.
Dalam perjanjian tertulis itu kedua belah pihak sepakat mengeluarkan setiap akhir bulan Rp1 juta untuk membayar gaji Sifora dan Fitriani.
Namun setelah beberapa bulan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dua wanita belia mulai terasa terancam. Kedua pembantu ini hampir setiap hari dicubit dan dipukuli dengan menggunakan piring oleh sang majikan, Neti.
Tidak hanya itu, Sifora dan Fitriani hanya mendapat jatah makan satu hari sekali. Fitriani yang dulunya berbadan gemuk kini terlihat kurus karena mendapat siksaan dari majikannya. Puncaknya, Jumat (25/5) Sifora dan Fitriani melarikan diri hingga sampai ke Jalan Letda Sujono, persisnya sebelum jalan tol.
Dari sana kedua wanita ini dibawa ke Mapolresta Medan oleh seorang laki-laki bernama Husein. Di Polresta Medan keduanya menginap di ruang wartawan. Pada Sabtu (26/5/2013) siang barulah kedua wanita resmi membuat laporannya.
Pengakuan Fitriani dan Sifora di Mapolresta Medan, ia dan rekannya itu hampir setiap hari mendapat ancaman dan siksaan bahkan penyekapan oleh majikannya, Neti.
"Kalau pak Iskandar enggak ada di rumah pasti kami disiksa sama si Neti. Karena kalau pagi sampai sore pak Iskandar kerja, jadi kami berdua disiksan pak Iskandar enggak tahu," tutur Fitriani.
Masih kata Fitriani, setiap hari mereka mencuci, mengepel dan menyapu. Memang Fitriani juga mengaku pekerjaan yang mereka lakukan tidak luput dari kesalahan. Namun akibat kesalahan sedikit itu keduanya hampir setiap hari disiksa Neti.
"Kalau kerja ada yang salah itu kan wajar pak. Tapi kami dua malah disiksa hampir setiap hari. Kami enggak tahan lagi pak. Tadi malam lah kami lari dari rumah majikan. Enggak tahu kami sudah sampai mana tadi malam. Ada bapak-bapak yang ngantarkan kami ke kantor polisi," kata Fitriani.
Hingga kini Kanit UPPA Polresta Medan AKP Haryani belum bisa dikonfirmasi soal kedua wanita yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga membuat laporan pengaduannya ke Polresta Medan. [mag2/ans]
KOMENTAR ANDA