
Agar hubungan ke dua nagori tidak terganggu, warga secara gotong-royong terpaksa membuat jalan alternatif dengan menjadikan batang kelapa sebagai alat penyeberang di atas jembatan yang runtuh.
Walau masih berbahaya, warga sudah bisa menyeberangkan hasil pertaniannya yang kebetulan saat ini masa panen raya dengan cara dilangsir.
Pangulu Bah Jambi II H Tasimin, kemarin mengharap agar Pemkab Simalungun tanggap darurat.
''Sudah cukup lama warga menderita. Sejak tahun 1973 jembatan ini dibangun dan tak pernah mendapatkan perbaikan. Padahal warga Bah Jambi adalah warga yang taat membayar pajak PBB. Walau begitu kami pemerintah nagori sudah membuat laporan resmi ke dinas terkait,'' katanya seperti dikutip dari metrosiantar.
Di tempat terpisah, tokoh masyarakat Bah Jambi II Tomu Panjaitan (35) mengatakan, runtuhnya lantai besi jembatan, ini merupakan dosa Pemkab Simalungun.
''Kenapa dana perbaikan yang sudah ditampung di APBD 2012, tiba–tiba dialihkan ke pos yang lain. Ini penjajahan Pemkab Simalungun kepada warga Bah Jambi II,” katanya. [ans]
KOMENTAR ANDA