Demi menarik hati wanita pujaan hati dan membawanya ke pelaminan, Budi Syaputra (30) nekat memalsukan identitas dengan mengaku sebagai anggota polisi. Rencananya berhasil. Wanita idaman jatuh ke pelukan dan hubungan berlabuh ke pernikahan. Namun, akhirnya berantakan karena identitas palsunya terbongkar.
Wanita yang menjadi korban penipuan itu bernama DS (24), warga Nagori Tinjoan, Kecamatan Ujung Padang.
Sementara pria beridentitas palsu warga Pinang Baris, Medan. Ditemui di kediamannya, Sugeng (45), ayah korban menceritakan, pada pertengahan April lalu, tersangka bersama ibunya datang meminang putrinya.
Saat itu merupakan pertemuan tersangka dengan ayah korban. Walau belum pernah bertemu sebelumnya, ayah korban memang sudah mengetahui hubungan putrinya dengan lelaki itu.
Saat itu, ibu tersangka akan melamar korban dengan mahar Rp30 juta. Keluarga korbanpun tak curiga dengan gelagat itu, sebab ibunya juga mengamini bahwa anaknya adalah anggota Polri yang bertugas di Polres Kutacane dengan pangkat Brigadir Satu (Briptu).
Saat itu, keluarga korban yakin karena tersangka memiliki surat rekomendasi izin bermalam di luar (IB) dari Polres Kutacane dan memiliki senjata api jenis pistol mirip senjata asli Polri.
Padahal, semua perlengkapan itu palsu. Yakin dengan pekerjaan itu, Sugeng mengamini rencana pernikahan putrinya. Usai pertemuan sekaligus lamaran itu, tersangka permisi pada keluarga korban dan berjanji akan kembali ke Aceh untuk bertugas.
Sepekan kemudian, pemuda itu kembali lagi untuk melihat persiapan pernikahannya. Saat itu, ayah korban menuntut janji uang mahar yang telah disepakati. Akan tetapi, tersangka berdalih bahwa uang itu masih di tangan ibunya dan akan diserahkan saat pernikahan.
Yakin dengan ucapan tersangka, ayah korban pun kembali mengamininya dan pesta pernikahannya digelar Kamis (2/5/2013) lalu. Saat itu, tidak ada gelagat mencurigakan dari tersangka. Bahkan pada foto pernikahannya dengan korban, ia mengenakan seragam polisi lengkap dengan atribut dan pangkat Briptu.
Usai menikah, korban tinggal bersama keluarganya di Ujung Padang. Kemudian, dua hari sekali tersangka pergi ke Aceh dengan alasan bertugas. Namun, keluarga korban dan warga sekitar mulai curiga dengan sifat tersangka yang tidak pernah mengenakan seragam dinas polisi.
Rabu (16/5/2013), warga dan keluarga korban mendesak tersangka menunjukkan kartu tanda anggota Polri.
Kemudian, atas saran warga, ayah korban kembali mendesak agar tersangka menyerahkan kartu pengenalnya. Lagi-lagi, tersangka bedalih KTA miliknya di tangan Kapolres Kutacane.
Mendengar itu, ayah korban yakin bahwa menantunya ini telah menipunya. Untuk membongkar aksi penipuan tersangka, ayah korban meminta agar DS membujuk suaminya pulang dan bertemu dengan ayahnya.
Kamis (16/5/2013) pagi, tersangka tiba di Ujung Padang mengendarai mobil Daihatsu Xenia yang direntalnya. Kemudian, saat bersamaan ayah korban datang bersama Pangulu Tinjoan. Dan, warga langsung menginterogasi tersangka soal kejelasan statusnya sebagai anggota Polri.
Karena gugup, tersangka sempat berdalih kartu itu ada di tangan temannya dan akan diambilnya. Dalam hitungan menit, ratusan warga menyemut dan mengepung rumah korban agar tersangka tidak melarikan diri.
Sejurus kemudian, seorang petugas Polsek Bosar Maligas tiba di lokasi dan menghubungi aparat Polres Kutacane untuk meminta penjelasan soal status tersangka. Namun pihak kepolisian Kutacane mengatakan, tersangka bukan anggota Polres Kutacane.
Mendengar kenyataan bahwa tersangka adalah polisi palsu, keluarga langsung terkejut. Bahkan, belakangan diketahui pekerjaan tersangka sebagai pekerja rental mobil di Medan.
Warga yang merasa tertipu, nyaris membakar tersangka di rumah korban. Beruntung, polisi langsung sigap dan memboyong tersangka ke Polsek Bosar Maligas untuk diproses.
Ayah korban Sugeng (45) menambahkan, sejak menikah sampai saat ditangkap, uang mahar pernikahannya sama sekali belum diberikan. Akibat kejadian itu, keluarga korban mengalami kerugian puluhan juta rupiah sebagai biaya pernikahan dan undangan 1.500 orang tamu yang sudah mereka tanggulangi.
''Malu sekali saya terhadap warga kampung ini. Tetapi sudah nasib anak saya seperti ini. Selama ini kami tidak mengetahui bahwa ia (tersangka) ternyata polisi gadungan. Padahal siapa pun yang menjadi pasangan anak saya ini tak masalah bagi saya. Kalau tidak memikirkan hukum, mungkin sudah saya kubur hidup-hidup dia itu,'' ujarnya sebagaimana dilansir metrosiantar.[ans]
KOMENTAR ANDA